Mohon tunggu...
trimanto ngaderi
trimanto ngaderi Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis Lepas

Pendamping Sosial diKementerian Sosial RI;

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Pengalaman Pribadi Setelah Rutin Melakukan Meditasi

30 September 2022   08:53 Diperbarui: 30 September 2022   09:14 1633
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: htpps://kompas.com

PENGALAMAN PRIBADI SETELAH RUTIN MELAKUKAN MEDITASI

Pada akhir era 90-an saya mengikuti pelatihan meditasi yang diselenggarakan oleh lembaga Waskita Reiki di Gedung Sekretariat Negara, Jakarta di bawah asuhan Bapak Tjiptadinata Efendi. Salah satu hal yang membuat saya tertarik mengikuti kegiatan itu adalah adanya pembelajaran mengenai energi Reiki yang mampu menyembuhkan diri sendiri maupun orang lain.

Di Waskita Reiki ada beberapa level. Masing-masing level memiliki kekuatan dan kemampuannya masing-masing. Saya memilih Level 1 karena masih pemula. Setiap peserta akan dilakukan proses attunement (penyelarasan) energi agar nantinya bisa mengakses energi Reiki baik untuk kepentingan diri sendiri maupun disalurkan kepada orang lain. Jika disalurkan kepada orang lain, berarti dia bisa menjadi seorang penyembuh (terapis).

Pada awalnya saya masih buta terkait masalah meditasi. Setahu saya waktu itu, meditasi biasanya dilakukan oleh para pemeluk Buddha, Hindu, aliran kepercayaan, atau komunitas tertentu saja. Dalam khasanah budaya Jawa juga mengenal meditasi dengan istilah semedi atau tapabrata, dan biasanya bertujuan untuk memperoleh kemampuan atau ilmu tertentu.

Setelah bergabung di Waskita Reiki, para anggota berasal dari berbagai agama dan kepercayaan. Ternyata Reiki bukan milik agama tertentu, tapi bisa dipelajari oleh siapapun. Sebab Reiki bukanlah suatu keyakinan, melainkan suatu cara atau metode untuk mencapai ketenangan, kedamaian, dan juga kesembuhan lahir dan batin.


Merasakan Manfaat Bermeditasi

Sejak akhir tahun 90-an hingga kini, saya masih mempraktikkan  meditasi. Apalagi meditasi bisa dilakukan kapan pun dan di mana saja. Tidak membutuhkan waktu khusus dan tempat tertentu. Bisa sambil duduk, berdiri, maupun berbaring (bagi yang sedang sakit). Bisa menjelang tidur, bangun tidur, jam kerja, sedang naik kendaraan umum, dll. Durasi waktunya pun fleksibel, sesuai kebutuhan dan ketersediaan waktu yang ada. Bisa 5 menit, 10 menit, 30 menit, 60 menit, bahkan beberapa jam lamanya.

Saat melakukan meditasi, saya tidak berusaha mengosongkan pikiran. Yang saya lakukan adalah menyadari sepenuhnya SAAT INI dan DI SINI (mindfullness). Ketika tiba-tiba melamun atau teringat sesuatu, ya saya segera kembali kepada kesadaran. Ketika tubuh saya ada yang gatal atau digigit nyamuk, sadari saja bahwa tubuh saya terasa gatal atau sedang digigit nyamuk. Tidak perlu menggaruk atau menepuk nyamuk itu.

Apabila kesadaran (mindfullness) ini kita pertahankan terus-menerus, kita akan menyadari sepenuhnya akan diri kita (sang jiwa), kesadaran akan alam semesta (kosmos), dan pada puncaknya adalah kesadaran ilahiyah. Pada titik inilah kita bisa merasakan ketenangan, kedamaian, dan kebahagiaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun