Di akhir acara, peserta dibagi menjadi empat kelompok dengan tugas membuat sebuah sketsa tentang seperti apa sih TBM yang ideal itu. Peserta juga diminta untuk mendiskusikan mengenai visi-misi TBM, program kerja, dan kendala-permasalahan yang dihadapi.
Begitulah laporan singkat mengenai acara Kemah Literasi Forum TBM se-Jateng. Acara semacam ini cukup bermanfaat sebagai sarana saling berbagi suka-duka dalam mengelola TBM, berbagi informasi, serta saling menyemangati di antara sesama aktivis literasi.Â
Salah satu kendala utama yang dihadapi adalah semakin rendahnya minat baca masyarakat. Hal ini disebabkan oleh hadirnya smartphone. Sebagian pengguna gadget beralasan bahwa mereka tak lagi tertarik untuk membaca buku karena sudah membaca secara online. Padahal, jika mau jujur, mereka tidaklah membaca buku digital, artikel, atau informasi bermanfaat di HP, tapi lebih banyak menghabiskan waktu untuk bermedia sosial atau bermain game. Hal ini amat disayangkan karena sejak dahulu Indonesia sudah termasuk negara yang sangat rendah minat bacanya, kini diperparah lagi dengan hadirnya smartphone.
Akan tetapi, para pengelola TBM tidak pernah berputus asa. Mereka tetap melakukan berbagai kreasi dan inovasi agar masyarakat tetap memiliki minat baca. Mereka harus pandai-pandai menyesuaikan diri dengan perubahan dan perkembangan zaman. Mereka harus mampu memenuhi kebutuhan dan tuntutan generasi milenial secara baik dan tepat agar TBM tetap eksis dan memberi manfaat.
Semoga ke depan, acara ini bisa diselenggarakan secara rutin setahun sekali. Rencananya tahun depan Kemah Literasi akan bertempat di Kabupaten Banyumas.
Salam literasi,
Trimanto, peserta dari TBM Klungsu Boyolali
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H