Mohon tunggu...
trimanto ngaderi
trimanto ngaderi Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis Lepas

Pendamping Sosial diKementerian Sosial RI;

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dia yang Berbohong, Kok Kita yang Menderita

11 Juli 2021   18:37 Diperbarui: 11 Juli 2021   18:40 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
source: https:erniwatiupik.gurusiana.id

DIA YANG BERBOHONG KOK KITA YANG MENDERITA

Pernahkah kita merasa sedih?

Pernahkah kita merasa kecewa?

Pernahkah kita merasa sakit hati? 

Dan berbagai perasaan negatif lainnya.....

Hal itu terjadi ketika ada sikap, perkataan, dan perbuatan orang lain yang tidak sesuai dengan harapan kita, tidak berkenan di hati kita, tidak kita inginkan terjadi pada kita. Entah itu dari pasangan hidup kita, anak kita, orang tua atau mertua kita, saudara kita, tetangga kita, rekan kerja kita, dan dari siapapun juga.  Sikap, perkataan, dan perbuatan orang lain itulah yang biasanya membuat emosi kita menjadi negatif.

Kita sering kali bersedih, mengapa pasangan kita tega berkhianat. Kita sering kali kecewa, mengapa anak-anak tidak mau patuh kepada kedua orang tuanya. Kita juga sering kali sakit hati, mengapa para tetangga berkata buruk tentang diri kita di belakang kita. Bahkan kita sampai merasa dendam ketika harga diri kita dihina.

Segala Sesuatu Bersifat NETRAL 

Apakah setiap orang yang dikhianati pasangannya akan selalu merasa bersedih? Apakah setiap orang yang anak-anaknya  tidak patuh akan selalu merasa kecewa? Dan apakah setiap orang yang digunjing oleh tetangga akan selalu merasa sakit hati?

Jawabannya adalah "tidak selalu". Mengapa?

Kita merasa sedih karena kita mengizinkannya untuk itu. Kita merasa kecewa karena kita mengizinkannya. Pun kita merasa sakit hati, kita pula yang mengizinkannya hal itu terjadi. Yang mesti kita garis bawahi adalah segala sesuatu adalah bersifat netral, kita sendirilah yang membuatnya menjadi positif atau negatif.

Berarti hal yang terpenting adalah RESPONS, bagaimana kita bersikap terhadap suatu kejadian atau peristiwa. Inilah yang sangat menentukan hasil atau akibat selanjutnya. Bisa jadi kejadian atau peristiwanya sama, tapi respons setiap orang tidaklah sama.

Inilah salah satu rahasia yang difirmankan Allah dalam Al Qur'an bahwa "semua hal di dunia ini adalah BAIK", tergantung bagaimana kita mensikapinya. Jika seseorang diberikan nikmat, maka ia bersyukur. Jika seseorang diberikan musibah, maka ia bersabar. Jadi, bagi orang yang beriman, apapun yang terjadi di dunia ini akan selalu menjadi baik baginya.

Terkait dengan adanya wabah Corona, setiap orang pun memiliki respons yang berbeda-beda pula. Ada yang percaya, ada yang tidak. Ada yang santai, ada yang merasa takut. Ada yang patuh prokes, ada pula yang tidak patuh.

Pada intinya, respons apapun yang kita pilih akan membawa konsekuensinya masing-masing.

Lebih Baik Menjadi Obyek Daripada Subyek

Mengapa kita harus bersedih jika dikhianati, disakiti, dihina, dibohongi, dipukul, dan seterusnya. Harusnya kita justeru malah bersyukur karena kita berposisi sebagai korban, bukan sebagai pelaku. Lho kok bisa begitu?

Karena setiap kata kerja yang diberi awalan "di" tidak akan dihisab oleh Allah swt. Ia akan terbebas dari dosa, dan Insya Allah jika ia mau bersabar akan mendapatkan pahala. Berbeda dengan kata kerja yang diberi awalan "me" seperti mengkhianati, menyakiti, menghina, membohongi, memukul dan seterusnya, maka ia akan dihisab; diberi balasan berupa siksa baik di dunia maupun di akhirat.

Inilah pentingnya mempertahankan kesadaran Allah dalam setiap detik hidup kita. Selalu melibatkan Tuhan dalam setiap urusan. Sehingga jika kita akan melakukan perbuatan dengan awalan "me", kita akan langsung teringat dengan Tuhan dan tentunya akan lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan (dalam berbuat).

Kalau pergi ke gua Karangbolong;

Mengapa tidak mampir di Kutaraja;

Kalau dia yang berbuat bohong;

Mengapa justeru kita yang menderita.

Boyolali, 11 Juli 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun