PERTENGKARAN YANG MEMBAWA KEBAIKAN
Membaca judul tulisan ini barangkali membuat para pembaca yang budiman menjadi bertanya-tanya. Adakah pertengkaran yang membawa kebaikan? Mungkinkah pertengkaran bisa membawa kemaslahatan?
Sejauh yang kita alami dan pahami bersama, sebuah pertengkaran atau konflik biasanya akan membawa keburukan, kemudharatan, bahkan kehancuran. Oleh karena itu, sedapat mungkin kita menghindari terjadinya sebuah pertengkaran.
Tapi bagaimana pun juga, pertengkaran mustahil kita hindari. Kita semua tahu, negeri kita negeri yang majemuk (heterogen), terdiri dari berbagai suku, ras, agama, kepercayaan, adat-istiadat yang berbeda-beda; sehingga berpotensi menimbulkan konflik. Jangankan di level Negara, di level keluarga pun, potensi pertengkaran sudah barang tentu ada.
semua orang tidak menginginkan terjadi pertengkaran, karena hanya akan membawa dampak buruk baik bagi yang menang maupun bagi yang kalah. Kebencian, permusuhan, putusnya persahabatan, pecahnya keluarga, dan seterusnya. Tapi jangan salah, tidak selamanya pertengkaran selalu membawa keburukan.
Jika kita mau melihat dari sudut pandang yang berbeda, adakalanya pertengkaran justru membawa kebaikan, kemajuan, dan perbaikan. Â Penasaran?
Berikut beberapa contoh kasusnya:
1. Konflik antara Ali bin Abi Thalib ra dengan Muawiyah bin Abu Sufyan
Perseteruan berkepanjangan di antara kedua sahabat nabi tsb menyebabkan umat Islam terpecah menjadi dua kubu. Akibat dari konflik itu, sebagian dari pengikut Ali maupun Muawiyah ada yang berhijrah ke negeri lain, terusir/diusir, diasingkan, melarikan diri, dan sebagainya. Hingga sampailah mereka ke negeri-negeri yang jauh: Cina, India, Kaukasus, Asia Tengah, Afrika, hingga sampai pula di Kepulauan Nusantara. Di tempat yang baru, mereka menyebarkan agama Islam, mendirikan masjid dan sekolah, membuat pasar dan area perdagangan, dll.
2. Konflik internal di Kerjaaan Demak
Adanya persaingan dan perebutan kekuasaan di tahta Demak menyebabkan kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa itu menjadi surut, hingga akhirnya pemerintahan berpindah ke arah selatan, yaitu Pajang. Pajang pun tak berumur lama hingga lahirlah kerajaan baru bernama Mataram, yang kelak menjadi kerajaan besar yang bisa menguasai hamper seluruh Pulau Jawa dan sebagian wilayah di seberang lautan. Dari sinilah, syiar Islam kian tersebar di seluruh pelosok Pulau Jawa, Madura, Sumatera, Kalimantan, dan seterusnya.
3. Konflik internal di Kerajaan Mataram
Konflik antara Pangeran Diponegoro (putra dari Sultan HB III) dengan kerabat dan anggota keraton. P. Diponegoro memilih tinggal di luar istana dan tidak mewarisi tahta ayahnya, dan melakukan perjuangan melawan pemerintah colonial. Ketika P. Diponegoro dan para pengikutnya ditangkap dan diasingkan ke pedalaman Sulawesi, mereka kemudian menyebarkan agama Islam di sana, mendirikan masjid dan pesantren.
4. Pertengkaran antarkiai di Pondok Pesantren
Jika ada sesama kiai di suatu pondok pesantren yang bertengkar, ini belum tentu sebuah musibah. Karena pertengkaran itu, salah satu kiai pergi meninggalkan pondok itu dan mendirikan pondok baru. Pondok besar pecah, kemudian pondok kecil muncul. Ini adalah penyebaran Islam secara alamiah. Ini juga membawa manfaat karena pondok semakin banyak, santri pun bertambah.
Dan masih banyak contoh lainnya.
Sebuah pertengkaran bisa jadi bukan atas kehendak sendiri, tapi atas bisikan dan bujuk-rayu setan. Maka, tak ada salahnya jika sekali waktu kita berterima kasih kepada setan atas kontribusinya mempertengkarkan manusia. Hehehe…
Boyolali, 15 Mei 2021 (Trimanto)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H