Mohon tunggu...
Tri Junarso
Tri Junarso Mohon Tunggu... Self-employed -

(1) Consultant (2) Books Writer: Corporate Governance; 7th Principle of Success; Leadership Greatness; Effective Leader; HR Leader - www.amazon.com/s?ie=UTF8&page=1&rh... (3) Software Developer (4) Assessor

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kalah Bukan Pilihan: Menakar Kekalahan Prabowo – Jokowi

7 Juli 2014   06:31 Diperbarui: 18 Juni 2015   07:12 492
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

50

AVERAGE

42,22

44,96

43,59

Prabowo benar, bahwa kalah bukan pilihan. Dalam sebuah pertandingan, hanya ada kata menang, sebagai tujuan akhirnya. Para olahragawan olimpiade menyebut spirit mereka: Vini, Vidi, Vici

Tentu saja, kita semua sadari bahwa menang dan kalah dalam sebuah pertandingan yang jujur merupakan ‘takdir.’ Seperti halnya para pemain sepak bola di Brasil menyebut bola itu bulat, tak seorangpun bisa memastikan siapa pemenang pada sebuah laga, sebelum bunyi peluit terakhir dari wasit pertandingan meraung.

Jika memilih kalah, maka tidak perlu bersusah payah untuk bertanding. Mental juara adalah kemenangan

Survei yang dilakukan oleh beberapa lembaga survei dan penelitian, seperti tertera dalam artikel ini, menunjukkan tak satu kandidat pasangan capres-cawapres menang mayoritas. Jika hal itu disusun secara rata-rata

Hasil dari survei pilpres mengindikasikan kemenangan tipis untuk Jokowi, dengan selisih sekitar 2,74%. Namun mengapa di Arab Saudi perbedaan pilihan signifikan?  Adakah yang salah dalam survei/polling? Tanpa mengabaikan survei, penulis menengarai, pemilih Jokowi di Arab Saudi dan tempat-tempat lain di seluruh jagad, termasuk Indonesia, melakukan gerakan bawah tanah. Gerakan tutup mulut dan aksi mereka di bilik pencoblosan adalah wajah sebenarnya para pendukung Jokowi tersebut.

Selain itu, mereka menjadi sebuah 'pribadi massa/komunitas,' terutama tatkala ada kesempatan berkumpul sebagai satu bagian aspirasi. Buktinya, Konser Dua Jari di Gelora Bung Karno (GBK). Mau bukti lagi? Ya di Arab Saudi itu. Maka perlu dicermati bahwa perjalanan umroh Jokowi ke Arab Saudi menjadi sangat strategis. Bukan hanya perjalanan spiritualitas, namun dukungan moral dan solidaritas seorang 'super star' kepada para simpatisannya. Dari sini, Jokowi akan membongkar gunung es (iceberg) rasa takut pendukungnya, serta menciptakan bola salju (snowball) untuk pemilih di seluruh penjuru dunia, dan di Indonesia tanggal 9 Juli 2014. Karena itu, Jokowi berani berbicara bahwa akan membuat sebuah kejutan pada hari resmi pilpres tersebut.

Dari 22 lembaga survei/penelitian, 13 diantaranya memenangkan Jokowi, dan 9 yang lainnya memenangkan Prabowo. Diantara kemenangan itu sifatnya mayoritas (lebih dari 50%), yakni Prabowo memperoleh 3 kesempatan, dan Jokowi mendapat 4 peluang.

MK (Mahkamah Konstitusi) dalam keputusannya baru-baru ini, merekomendasi bahwa pilpres hanya satu putaran. Itu artinya, setiap kandidat tidak perlu menang mutlak untuk menjadi Presiden RI 2014-2019.

Grafik di bawah ini, memberi gambaran, bagaimana alur kemenangan dan kekalahan kedua capres terbangun lewat angka-angka yang dikeluarkan oleh lembaga survei di atas. Terutama kekalahan itu terjadi, pada saat salah satu capres mengalami penurunan popularitas, karena berbagai alasan.

Relawan, survei internal Jokowi-JK, mematok angka 50,13% untuk Jokowi dan 32,44% untuk Prabowo, dalam survei mereka antara tanggal 18-28 Juni 2014. Sekalipun dilakukan secara internal, Jokowi memberi data kepada publik, sesuatu yang menjadi kelemahan timses Prabowo. Mereka mengatakan mencapai kemenangan 65%, namun tidak didukung data yang memadai. Suka-atau tidak suka, mereka telah melakukan sesuatu, untuk membangun citra capresnya.

Cyrus Network, memprediksi sulit bagi Prabowo mengejar elektabilitas Jokowi sampai masa pencoblosan Pilpres 9 Juli mendatang. Dalam survei yang dilkukannya, Cyrus mendapati bahwa Jokowi bertengger di angka 53,6% sedang Prabowo mengumpulkan angka 41,1%. Selisihnya cukup signifikan. Karena itu diperlukan upaya yang ekstra keras; lembaga survei ini menyebutnya kejutan. Jika tidak maka hasilnya tidak akan berubah pada hari pemungutan pilpres itu.

Vox Populi Survey mengindikasikan kemenangan mayoritas Prabowo atas Jokowi, dengan angka yang dikumpulkannya sebesar 52,79%, di sisi lain Jokowi mendapat 37,7%. Lembaga ini menemukan bahwa Prabowo unggul di kemampuan menyelesaikan masalah seperti pengangguran, kesenjangan sosial, kedaulatan bangsa. Harus diakui, bahwa timses Prabowo mampu meyakinkan para pendukungnya dengan simbol-simbol tersebut. Karena itu, mereka mampu meraup angka relatif tinggi dalam surveinya.

Merdeka.com telah berhasil menyajikan real-time survey pada laman mukanya. Capaian ini perlu diapresiasi, karena tidak banyak sumber berita online melakukannya. Merdeka.com memperlihatkan bahwa Jokowi memperoleh suara 55,6%, disusul Prabowo sebanyak 44,4%. Tentu saja, jumlah, demografi dan lokasi para pemilih masih perlu digarisbawahi. Namun setidak-tidaknya, hasil survei ini memberi kontribusi pada para capres tentang rambu merah, kuning dan hijau bagi keterpilihan mereka menjadi presiden atau tidak. Dan apa yang seharusnyta dilakukan supaya tidak kalah. Karena kalah bukan pilihan.

*) artikel lainnya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun