Mohon tunggu...
Tri Winarni
Tri Winarni Mohon Tunggu... -

i'm no beautiful i'm just beautiful me

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

I Love U Mawar (Bukan Nama Samaran)

9 Desember 2014   18:09 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:41 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sebagai gambaran, namaku Gema. Tubuhku proporsional jika berat badanku bisa ditambah 8 kg lagi. Untuk mencapai berat badal ideal ku, aku banting tulang mencari makanan yang ada di dapur rumahku, membeli semua jajan yang ada di sekolah, dan tak lupa olahraga (jalan kaki ke sekolah). Dengan model rambut alakadarnya, aku begitu tampan jika dilihat dari ujung sedotan. Tahu pemain film tersohor suaminya Angelina Jolie?iya anda benar, dia adalah Brad Pitt . Ya, aku jauh lebih tampan dari Komeng. (hey, tunggu dulu!! Terus apa hubungannya dengan Brad Pitt?) tenang broooo!! Aku tidak akan membandingkan ketampanannya denganku, karena aku cukup sadar diri kok.
Nah, kali ini aku akan menceritakan tentang pengalaman cinta pertamaku.

Waktu itu, aku duduk di bangku kelas 3 SD. Banyak cewek-cewek bilang aku mirip actor Nicholas Saputra, tapi jempolnya saja. Haha dasar!!. Saat itu aku mulai bisa merasakan adanya getaran cinta dalam dadaku. Misalnya saat aku mulai suka dengan seorang cewek yang sekelas denganku. Sebut saja namanya Mawar (tidak disamarkan). Cewek yang begitu cantik, manis, s*ksi dan putih. Bahkan jauh lebih putih dari seekor sapi. Sudah sangat lama aku mengamati gerak-geriknya. Mulai dari makanan yang disukainya sampai bedak yang dipakainya, serta kapan jadwal dia ngupil yang tidak luput dari kedektifanku.

Mawar sangat menyukai pelajaran matematika. Saat kutanya apa cita citanya, dia menjawab:
“Aku ingin menjadi pramugari”.
“Ha, lalu apa hubungannya dengan matematika?”.
“Ada?”.
“Apa?”.
“Ada apa tanya-tanya, ada masalah?”.
Jawaban dia sangat frontal. Setidaknya anda sudah bisa membayangkan bagaimana sifatnya.

Perasaanku semakin menjadi-jadi padanya, sama seperti kepompong yang menjadi seekor kupu-kupu. Segala usaha aku lakukan untuk membuatnya terkintil-kintil padaku. Aku rela, aku rela makan terus-terusan untuk menambah tenagaku mendapatkannya. Ku kejar dia kemanapun dia pergi, kemudian aku makan lagi dan lari lagi mengejarnya.hahahahaha

Di suatu siang menjelang sore hari, saat pulang sekolah, aku mencoba mengajaknya balik bareng. Meski saat itu rumahku jauh lebih dekat dengan sekolahan daripada rumahnya. Saat itu juga dia pulang naik sepeda, sedangkan aku jalan kaki. Dan kebetulan juga, kalau dia pulang sekolah lewatnya depan rumahku. (Ha, berarti aku nebeng dong? bisa anda fikirkan sendiri). Dia pun tidak menolaknya. Saat itu aku merasa senang sekali. Ada rasa bahagia bisa pulang barengan dia, sekaligus pulang nggak harus jalan kaki lagi. Saat itu, hati ku melayang-layang keliling dunia. Iya cuma hatiku aja, badanku tetap disini.

Namun, saat aku mulai mencintainya, ternyata ada cowok lain yang juga naksir padanya. (sialan loe, ikut-ikutan aja). Saat itulah kami terlibat dalam “Cinta Segitiga”. Kami berlomba-lomba untuk mendapatkan mawar. Bahkan kami sampai taruhan hanya untuk mendapatkannya, yaitu dengan balapan motor. Ini balapan yang sangat unik, bahkan hanya ada satu di Asia Tenggara. Saat itu aku berhasil memimpin start hingga jauh. Dia tidak bisa mengejarku yang sudah jauh di depannya. Namun, saat aku hampir mencapai garis finish, tiba-tiba jam main play station kami sudah habis. Setelah melalui perundingan yang cukup lama, bahkan sampai diadakan rapat, akhirnya juri (penjaga PS) memutuskan aku yang menang. Karrna saat itu aku memimpin balapan. Sesuai dengan kesepakan yang berlaku, maka dia harus mundur dari persaingan.

Tapi, pada saat itu si cowok itu gag terima kalau dia kalah. Dia aju banding, dan menuntut melakukan perlombaan lagi. Dan yang dia minta adalah lomba makan krupuk, makan bakso, makan mie ayam, makan nasi goreng, makan lalapan, makan soto lamongan, makan nasi pecel, makan nasi campur. Busyet batinku, ini lomba kok makan terus ya. Menunya pun menu-menu makanan ala mahasiswa.Jeeddeeerrr. Serangkaian lomba telah berlalu dan Tuhan berpihak padaku. Aku lah yang ditakdirkan menang. Tapi ada yang aneh setelah lomba terjadi, aku merasa badanku semakin berat saja tapi aku tetep cuek. Pikirku ini efek lomba makan kemarin, paling sebentar aja.

Hari yang ku tunggu dan kupersiapkan bertahun-tahun lamanya telah tiba. Aku memberanikan diri menembaknya. Eittss, bukan berarti aku membunuhnya. Rasanya seperti berdiri di tengah rel dan datang sebuah kereta yang sangat cepat memberi salam padaku. Takut dan gugup, itulah yang aku rasakan saat itu. Namun, dengan modal ketampananku, aku memberanikan diri mendekatinya.
“hey, lagi ngapain?”.kataku sambil gugup, sampai-sampai ada busa keluar dari mulutku.
“kamu nggak bisa lihat, ya?”.
“nggak…”
“oh, pantesan”.
“eh, maksudku nggak begitu”.
“lalu?”.
Dengan sedikit gugup, kaki bergetar hebat, dan tubuh menggigil, akhirnya aku memberanikan diri berkata.
“aku mau bilang, kalau aku… Suka sama kamu”.
“kamu yakin?”. tanya balik dia.
“aku yakin, kamu adalah wanita terbaik yang pernah aku temui”.

Nampaknya dia tidak marah saat aku ngomong begitu. Bahkan wajahnya yang judes banget itu, seakan manis melebihi manisnya madu tawon asli. Dengat sangat lembut, dia menjawab pertanyaanku.

“kamu beneran?”. Dia bertanya lagi padaku seolah-olah belum yakin.
“iya bener, sumprit”balasku
“haduh, kamu kok gag sadar sih. Liat tuh badanmu, gendut gitu kayak boboho, mana mau aku yang cantik dan manis ini pacaran sama kamu. Iyuh banget deh”. Jawab dia ketus

Setelah dia mengatakan itu, aku tertegun, terdiam, atau apalah itu. Aku tak tahu apa yang dia maksud, bagaimana mungkin dia tak bisa melihat ketampananku ini. Oh my god, apa salahku. Aku berlari terbirit-birit pulang, aku sudah tak mampu lagi hidup. Tiba dirumah, aku langsung menuju kamarku, kamar tercintaku. Eeiittss, bukan untuk nangis bombay tapi untuk NGACA. Aku ingin tahu, sejelek apakah aku?dan tak kusangka, aku yang dulu sangat tampan sekarang jadi gendut begini. Apa yang telah terjadi pada hidup ku ya Tuhan.

Memang hanya sedikit saja ketampananku berkurang, hanya sedikit. Tapi itu sungguh berarti. Dan aku putuskan tak mau menyerah begitu saja, aku tak mau cintaku terbuang gara-gara badan gendutku. Aku berlari lagi, menuju rumah mawar (bukan nama samara).

“Hei mawar, keluar lah”Teriak ku keras dari luar rumah.
“Apa?”Aku melihat dia keluar rumah dengan wajah dingin sedingin es batu dikutub utara.
“Mawar, ketahuilah..aku sekarang memang gendut. Aku tak setampan dulu, tapi cintaku tak pernah berubah untukmu. Aku tetap mencintaimu, cintaku seluas samudra setinggi langit diangkasa kepadamu (aku mengatakan itu diiringi dengan music yang indah). Bukankah cinta tak bisa dinilai dari fisiknya, tapi lihatlah hatiku ini, hati tulusku ini (aku mengatakan dengan mata berkaca-kaca).
“sebenarnya, aku juga kan suka sama kamu. Aku mau deh jadi pacarmu. Tapi sesaat saja ya?”.
“maksud kamu?”. tanyaku semakin bingung.
“sesaat setelah Allah mempertemukan kita dalam pelaminan, dan aku tidak lagi menjadi pacarmu, melainkan akan menjadi istrimu yang akan menemanimu selamanya”.
“cie, manis banget, kayak orangnya”.

“UDAH DULU YAK, GEMA MAU PACARAN”. :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun