Alya lupa mengucapkan terima kasih karena matanya melihat dinding sumur di tengah ruangan. Jantungnya berdebar tegang. Ia menuntun Zulaikah untuk duduk di tempat altar yang dilapisi permadani tebal dan empuk.
Ketika pintu ditutup, Zulaikah memeluk Alya, yang juga membalas memeluknya. Ia merasa nyaman dan senang dalam pelukan Alya, dan menutup matanya rapat-rapat. "Mbak, tempat keramat itu apa?"
"Tempat yang bagus untuk menenangkan pikiran!"
"Kenapa bagus?"
"Karena tertutup rapat, jadi suasananya tenang!"
"Ooh..!" Ingin rasanya ia tidur dalam keadaan seperti itu. Ia merasa enggan untuk membuka mata, takut akan melihat hal-hal yang mengerikan kalau membukanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H