Oleh: Tri Handoyo
"Pedepokan Benteng Nusa memang bukan perguruan silat yang paling tua di Jombang, tapi banyak orang mengatakan bahwa jurus-jurus silat perguruan tersebut merupakan sumber dari semua aliran persilatan yang kemudian timbul belakangan!"
Ki Renggo mengangguk-anggukan kepala. Ia sangat menikmati penjelasan Guru Lintang mengenai sejarah pencak silat yang jarang diketahui banyak orang. Bahkan ia sendiri pun baru mengetahuinya hari itu.
Seni bela diri yang dinamakan pencak silat merupakan karya asli bangsa Nusantara. Konon awalnya terinspirasi dari keterampilan orang jaman dahulu dalam mempertahankan hidup. Karena harus pandai menyerang dalam berburu sekaligus bertahan menghadapi serangan binatang-binatang buas, maka keterampilan itu kemudian wajib diajarkan secara turun-temurun.
Hal tersebut sesuai dengan temuan berbagai pahatan dan relief gambar posisi kuda-kuda yang merupakan gerakan dasar pencak silat. Terdapat juga relief ketika berburu dan perang yang menggunakan berbagai senjata, seperti golok, tombak, dan juga perisai.
Seiring berjalannya waktu, gerakan-gerakan itu terus mengalami perkembangan, karena sangat berguna saat harus mempertahankan wilayah atau berebut buruan antar suku. Di kala situasi aman, gerakan-gerakan yang akhirnya disebut pencak silat itu kemudian digunakan sebagai pertunjukan, sehingga terciptalah tarian-tarian yang gerakan-gerakannya diperhalus dan diperindah. Akibatnya semakin melahirkan banyak beragam gerakan. Tidak heran, akhirnya pada setiap jurus akan ditemukan gerakan yang harmonis, luwes, dan juga indah dipandang.
Para ahli sejarah pencak silat memperkirakan bahwa seni bela diri itu sudah ada sejak abad 7 Masehi, dan mengalami penyebaran secara pesat pada sekitar abad ke 12 Masehi.
Di Jombang sendiri ada seorang yang dikenal dengan nama Eyang Sumoyono, yang pertama kali mengombinasikan antara seni bela diri dengan ajaran kebatinan. Salah seorang muridnya adalah Mpu Naga Neraka, yang di kemudian hari mendirikan Padepokan Benteng Nusa. Mpu Naga menciptakan teknik bela diri yang lebih efektif dan efisien, mulai dari memaksimalkan tangan kosong maupun penggunaan senjata.
Tulus alias Kebokicak awalnya mengenal pencak silat dari Mpu Naga Neraka, sebelum akhirnya belajar juga kepada Mbah Kucing alias Eyang Dhara. Mbah Kucing lebih mengutamakan keselarasan hati dan pikiran dalam setiap gerakan. Tujuannya adalah, bersamaan dengan mengenal sekaligus menghafal gerakan, juga dilakukan pembinaan mengenai akidah dan akhlak. Itu wajib dijalankan dan ditaati oleh semua muridnya.
Tentu saja, hal itu akan sangat membantu membentuk kepribadian yang positif. Misalnya saja seperti sikap tenggang rasa, disiplin, welas asih, setia kawan, menghormati dan menghargai orang, serta berjiwa ksatria. Walhasil, pencak silat mampu meningkatkan kematangan jasmani dan rohani.