Mohon tunggu...
TRI HANDOYO
TRI HANDOYO Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis esai, puisi, cerpen dan novel

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Ikrar Sang Pendekar (112): Obrolan Ringan

27 November 2024   05:02 Diperbarui: 27 November 2024   08:34 715
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh: Tri Handoyo

Karena mengurusi taman di sekitar Puri Intijiwo, Ki Renggo bisa sering berjumpa dengan orang-orang tingkat tujuh. Jumlah mereka tidak banyak, tapi rata-rata memiliki kesaktian yang hebat. Bukan itu yang penting, akan tetapi kesempatan besar untuk bisa mengenali lokasi lingkungan puri itulah yang terpenting.

Dia juga mengingat setiap pergerakan para petugas keamanan dan lokasi-lokasi yang bagi siapa pun dilarang keras untuk mendekati. Lokasi yang dianggap keramat itu hanya bisa dimasuki oleh Kanjeng Wotwesi dan orang-orang yang diijinkannya.

Setiap menjelang sore, semua tukang kebun digiring keluar dari wilayah puri, kembali ke pemukiman wilayah tingkat satu. Kebanyakan mereka memang anggota baru. Setiap hari mereka keluar masuk melewati pos keamanan yang sangat ketat.

Ki Renggo juga beberapa kali mendapat kesempatan melihat cucu kanjeng, Kebo Klebat, yang di tempat itu biasa dipanggil Raden Klebat. Seorang pemuda tampan yang agaknya pendiam dan suka menyendiri, kharakter yang bertolak belakang dengan kakeknya.

Di pagi hari yang berhawa sejuk. Ki Renggo mencermati bangunan kecil mirip tempat pemujaan kepada dewa yang dijaga sangat ketat. Bangunan yang dilapisi emas murni itu begitu mencurigakan, sehingga menjadi obyek pertama yang penting untuk diselidiki.

Bekal kecerdasan dan pengalaman yang kaya sangat membantu penyelidikannya. Kesimpulan awal yang ia peroleh, Kanjeng Wotwesi adalah salah seorang pemuja Siluman Garangan.

Musang yang paling dikenal dari berbagai jenisnya adalah musang luwak. Masyarakat Jawa lebih sering menyebutnya garangan. Hewan malam yang sering dituduh sebagai pencuri ayam penduduk.

Dalam kepercayaan masyarakat, terdapat beberapa hewan yang mampu hidup lama sampai akhirnya dapat menjelma dalam bentuk manusia, yang biasa disebut siluman. Siluman garangan memiliki keahlian berubah wujud. Apabila garangan berusia di atas seratus tahun, ia bisa menjelma menjadi wanita cantik, yang kemudian menggoda dan melakukan hubungan seks dengan para korbannya. Siluman seperti itu memiliki keahlian memengaruhi dengan sihir, mengetahui hal-hal pada jarak lebih dari seribu meter, dan membaca pikiran orang. Apabila seekor garangan berumur di atas seribu tahun, ia sanggup mencuri pengetahuan dan kenangan dari seorang korbannya.

Kanjeng Wotwesi diduga memiliki kemampuan sihir atas bantuan siluman garangan. Garangan yang menjelma sebagai wanita cantik dengan telinga garangan dan berekor bulu emas itu bernama Ratu Jiwo, siluman pemangsa jiwa. Bangunan seperti candi berlapis emas itu adalah tempat Ratu Jiwo bersemayam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun