Mohon tunggu...
TRI HANDOYO
TRI HANDOYO Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis esai, puisi, cerpen dan novel

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Ikrar Sang Pendekar (95): Perkumpulan Wong Langit

24 Oktober 2024   09:37 Diperbarui: 24 Oktober 2024   09:38 874
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh: Tri Handoyo

"Ke mana mainnya anak itu?" gumam Lintang Kejora sambil mengarahkan pandangan ke pintu gerbang padepokan. Ia sudah dua jam lebih menunda keberangkatan untuk pergi memenuhi undangan seorang tumenggung di Mojokerto.

Orang yang disuruh mencari sudah satu jam yang lalu kembali dan mengatakan bahwa Raden Ahmad Ghandi tidak ada di langgar. Teman-temannya sudah pulang ke rumah mereka masing-masing dan mengaku tidak tahu ke mana perginya Ghandi.

"Inilah akibatnya kalau kamu terlalu memanjakannya!" kata Arum kepada suaminya. Mereka berdua duduk di teras depan, menghadap pintu gerbang padepokan. "Dia jadi berani berbuat seenaknya!"

Lintang menarik nafas panjang. "Dia bukan anak seperti itu!" Sebagai ayah tentu saja ia tidak rela anaknya dibilang berani berbuat seenaknya. "Aku tidak yakin Ghandi sengaja berani melanggar aturan. Aku tadi pagi sudah berpesan kepadanya agar setelah ngaji langsung pulang, karena bapaknya mau pergi jauh, dan ia menyanggupi!"

Akhirnya pasangan suami-istri itu senang begitu melihat putra yang sedang mereka bicarakan berlari kecil memasuki gerbang padepokan. Bocah kecil itu juga melihat kedua orang tuanya, yang pasti sudah lama menunggunya dengan cemas.

"Jangan marahi dia!" pesan Arum kepada suaminya.

"Nah sebetulnya itu yang membuat dia tidak bisa disiplin!"

"Dengarkan dulu penjelasannya, kenapa dia terlambat pulang!"

Ghandi menghampiri kedua adiknya yang sedang bermain di pelataran. Khadiyah yang berumur lima tahun dan Zulaikah yang baru berumur tiga tahun, menyambut hangat kedatangan kakaknya dengan wajah riang gembira. Ghandi memeluk dan mencium mereka bergantian, seolah sudah lama tidak bertemu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun