"Siapa lagi coba?" jawab Ki Demang dengan nada tinggi, menunjukkan bahwa ia tidak suka dibantah. "Laskar Rimba punya alasan kuat untuk balas dendam!"
Beberapa saat kemudian, Ki Demang berjalan keluar ruangan dan semua orang mengikutinya di belakang. Di halaman depan pendopo sudah berkumpul beberapa tokoh dan murid Macan Abang. Malam itu adalah acara upacara ritual untuk mendoakan ruh para pembantu setia Ki Demang yang telah tewas.
Kini Ki Demang berdiri di podium dan segera menyampaikan sambutan "Bagi mereka yang tidak mengalami, mungkin tak akan pernah tahu kesedihan menyaksikan teman-teman kita yang telah gugur memperjuangkan cita-cita kita! Cita-cita yang kita genggam erat selama ini!"
Ia menguraikan berbagai peristiwa, dimulai dengan kejadian saat menggempur Padepokan Benteng Naga dengan dalih menumpas pencuri harta karun Kerajaan, yang mengakibatkan tewasnya Pendekar Golok Dewa dan puluhan murid Macan Abang. Kemudian disusul tewasnya Pendekar Cambuk Dewa di tangan Kebo Kicak.
"Bertepatan dengan hari ini, terjadilah perang terbuka antara Macan Abang melawan Benteng Naga, yang menyebabkan pengawal paling setiaku, Pendekar Celurit Setan tewas. Lalu juga tewasnya Ki Gong. Kita kehilangan orang-orang terbaik kita. Jasa-jasa mereka jangan pernah kita lupakan. Saat itu arak-arakan pasukan pendukung Padepokan Benteng Naga melakukan konvoi atas kemenangan mereka di sepanjang jalan, mengejek, menertawakan, dan menghina kita!" Setelah beberapa saat berusaha menguasai emosinya, Ki Demang melanjutkan, "Ditambah peristiwa lenyapnya Pendekar Topo Surantanu!"
Ki Demang memang ahli dalam membakar emosi para pendukungnya agar kebencian terhadap Padepokan Benteng Nusa semakin mendalam.
"Kisah singkat untuk mengingatkan kembali berbagai peristiwa menyedihkan yang terjadi beberapa tahun silam. Sejarah kelam padepokan kita yang harus diperingati agar kita selalu waspada terhadap musuh-musuh kita. Jangan pernah takut menunjukkan identitas kita sebagai orang Macan Abang, di mana pun kita berpijak. Yang lebih penting lagi, jangan sekali-kali mengkhianati saudara sendiri!"
"Setuju!" sahut beberapa orang.
"Beberapa hari yang lalu, kita kembali dikagetkan dengan tewasnya saudara-saudara kita, maka mari kita mendo'akan arwah para pejuang kita, yang telah mati-matian membela kehormatan dan harga diri Padepokan Macan Abang, dan demi mereka, saya bersumpah akan menuntut balas! Kebenaran harus ditegakkan. Nyawa bayar nyawa!"
"Setuju..!" teriakan bersahutan dari pengikut Ki Demang bergema. Mereka merasa sangat yakin tengah memperjuangkan kebenaran.
***