Mohon tunggu...
TRI HANDOYO
TRI HANDOYO Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis esai, puisi, cerpen dan novel

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Ikrar Sang Pendekar (81): Di Atas Langit Ada Langit

7 Oktober 2024   06:43 Diperbarui: 7 Oktober 2024   07:20 532
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Aku merasa harus lebih banyak belajar lagi, karena ternyata hanya sedikit ilmu yang masih aku ketahui!" Arum semakin menyadari akan betapa luasnya samudera ilmu yang terhampar di muka bumi. Ia semakin sadar bahwa apa yang telah dipelajari dan dimilikinya selama ini belum ada apa-apanya.

"Inilah hikmah yang bisa kita petik, yaitu agar selalu sadar diri! Ada langit di atas langit!"

"Iya betul!"

"Inilah sesungguhnya harta pusaka terbesar!" kata Lintang sambil menunjuk ke arah keningnya, "Kesadaran adalah harta pusaka yang diangkat dari dasar samudera spiritualitas! Inilah modal terbesar kita untuk mencapai kebahagiaan dan kebermakanaan dalam hidup ini!"

Arum tertegun mendengar semua itu. Tampak bibirnya yang kecil mungil mengulum senyum serta sepasang matanya berbinar-binar menambah indah wajah yang jelita itu. "Kanda, kamu ternyata cerdas sekali!" pujinya setulus hati.

Setelah merasa mulai tenang, Arum lalu turun ke sungai yang amat jernih airnya. "Kanda, aku pingin mandi!" Dengan enaknya ia melepas baju bagian atas dan melipatnya di atas sebuah batu, ia mencuci muka dan tangan. Tiba-tiba ia ingin menengok ke belakang, namun sebelum sempat melakukannya, ada dorongan yang membuat ia tercebur ke sungai. "Hei..! Kanda awas kamu ya!"

Lintang tampak tertawa gembira, lalu dengan cepat ia yang ternyata juga sudah melepas pakaiannya menyusul terjun ke sungai. Arum menyambutnya dengan serangan menggunakan senjata air, dan Lintang menyambutnya dengan tak kalah sengit. Mereka berdua seperti anak-anak yang dengan gembiranya bermain air.

"Curang..! Curang..!" seru Arum kewalahan dan menutup mukanya dengan kedua telapak tangan.

"Baik, sekarang seranglah aku!" kata Lintang mengalah, seperti sikap seorang kakak yang wajib mengalah kepada adiknya.

"Awas seranganku!" pekik Arum dan menerjang maju, untuk memeluk suaminya.

Setelah merasa tubuh mereka segar lagi, kini baru merasa penghuni perut mereka keruyukan minta diisi. Lintang menggendong Arum naik ke atas. Mereka berpakaian, lantas kembali ke bawah pohon dan mengeluarkan bekal makanan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun