Mohon tunggu...
TRI HANDOYO
TRI HANDOYO Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis esai, puisi, cerpen dan novel

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Ikrar sang Pendekar (53): Serangkaian Tirakatan

30 Agustus 2024   04:12 Diperbarui: 30 Agustus 2024   04:12 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen Tri Handoyo

"Paman Kidang Talun ini dulu pernah membantu Mbah Kucing membangun Langgar Al Akbar, Dik!" kata Tulus kepada istrinya, "Beliau tinggal bersama Mbah Kucing!"

"Mbah Kucing itu dewa penolong saya!" sahut Ki Kidang. Ia kemudian menceritakan pengalamannya.

Belasan tahun yang lalu, Kidang Talun adalah seorang gelandangan yang agak kurang waras otaknya. Ketika malam tiba ia datang ke Mbah Kucing untuk minta makan dan untuk tidur di teras. Mbah Kucing menerima kehadirannya yang dalam keadaan kotor dengan sabar. Bahkan di saat cuaca dingin, Mbah Kucing memberi lelaki itu selimut.

Lambat laun, Kidang Talun semakin akrab dengan Mbah Kucing. Ia juga sering membantu kakek tua itu membersihkan halaman, berkebun, dan kemudian membangun langgar. Setelah langgar berdiri, ia rajin menimba air untuk persiapan orang-orang wudhu, meskipun ia sendiri sebetulnya bukan seorang muslim.

Di bawah asuhan Mbah Kucing lambat laun pikiran Kidang Talun kembali normal. Mereka berdua kadang terlibat percakapan yang serius tentang hal-hal yang rumit. Setelah kembali waras, Kidang Talun kelihatan jauh lebih cerdas daripada orang normal lainnya.

"Mbah Kucing sangat toleran dan menghargai keyakinan saya!" papar Ki Kidang Talun, "Selama saya dalam perawatannya, beliau tidak pernah sekalipun mencoba memaksakan keyakinannya kepada saya! Tapi saya sendiri yang akhirnya merasa tidak enak, dan kemudian saya pamit kepada beliau untuk pergi meninggalkan langgar. Saya mempertahankan keyakinan saya dan memilih jadi pertapa sekaligus jadi juru kunci yang merawat Candi Tampingan ini!"

Tidak banyak jejak Mataram Kuno yang bisa diselamatkan dan dilestarikan seperti peninggalan benda purbakala era Majapahit atau Kahuripan. Banyak yang rusak dimakan jaman atau dirusak oleh tangan-tangan yang tak bertanggung jawab, tentu dengan dalih menghancurkan kemusyrikan.

Hanya beberapa prasasti Medang Kamulan yang tersisa seperti Candi Tampingan dan Candi Pundong yang bentuknya lumayan utuh meski sebagian badan candi terkubur pasir gunung saat meletus. Sedangkan peninggalan Mataram Kuno yang lain seperti Situs Sugihwaras dan Situs Medeleg tinggal puing-puing candi yang terlihat. Lokasi Situs Medeleg masih satu desa dengan Candi Tampingan.

Kerajaan Medang Kamulan merupakan lanjutan dari Mataram Kuno yang dipimpin oleh Mpu Sindok setelah Wangsa Sanjaya dan Wangsa Syailendra di Jawah Tengah runtuh. Ketika pindah, diduga Mpu Sindok masih belum menjadi raja. Setelah beberapa lama di wilayah baru, ada peralihan kekuasaan yang menobatkannya sebagai Prabu Mpu Sindok bergelar Sri Maharaja Rakai Hino Sri Isyana. Ia kemudian menamakan dinasti baru tersebut sebagai Wangsa Isyana, melanjutkan Kerajaan Medang Kamulan dan memilih kawasan Tamelang (Tembelang) sebagai ibukota barunya.

Berbeda dengan Kerajaan Majapahit yang memiliki Kakawin Negarakertagama sebagai kitab petunjuk yang menggambarkan keadaan kerajaan pada masa itu, Mataram Kuno Wangsa Isyana tidak ditemukan memiliki peninggalan kitab apapun sebagai petunjuk. Hanya ada beberapa prasasti yang bisa memberikan secuil gambaran tentang situasi yang terjadi yang tersebar di sekitar Tamelang, yang menjadi pusat kerajaan dengan sebutan Keraton Bajang.

Candi Tampingan tidak disebutkan dalam kitab manapun, sehingga tidak diketahui fungsi maupun asal usulnya. Terdapat beberapa arca yang terbuat dari batu andesit, yang sejatinya merupakan sebuah kucur candi dan yoni kecil dengan hiasan ukiran naga raja. Adanya yoni tersebut mengindikasikan bahwa lokasi ini adalah tempat pemujaan atau mungkin penyimpanan abu jenazah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun