"Kanda," panggil Arum.
"Ada apa Dinda?"
"Aku nggak tahu kenapa sejak bangun pagi tadi aku terus kepikiran ayah!"
Tulus juga merasakan ada firasat buruk mengenai Mpu Naga, sejak semalam, tapi ia merahasiakan itu dari istrinya. "Ya mungkin karena kamu kangen saja, Dinda!"
"Apa Kanda tidak merasakan ada sesuatu dengan ayah?"
"Semoga ayah baik-baik saja!"
Arum yakin suaminya pasti juga merasakan ada sesuatu yang tengah terjadi dengan ayahnya. "Amin..!"
***
Pasukan Tumenggung Legowo dan orang-orang Ki Demang yang bentrok melawan Padepokan Mpu Naga mengundang banyak keprihatinan masyarakat. Ada sepuluh orang dari pihak Tumenggung yang tewas, sedangkan dari pihak padepokan ada empat belas orang yang tewas. Mpu Naga sendiri dalam kondisi kritis.
Puluhan murid Padepokan Benteng Naga yang mendengar keadian itu mulai berdatangan, berkumpul menjaga padepokan. Mereka tidak sabar menunggu kepulangan Arum dan Tulus untuk siap mendapat perintah menyerang balik Ki Demang Wiryo. Mereka bukannya takut menghadapi Ki Demang dan orang-orangnya, tapi mereka tidak mau bertindak lancang tanpa ada perintah dari pimpinan.
Cak Japa dan Mbah Kucing juga datang begitu mendengar peristiwa di padepokan itu. Murid-murid padepokan memindahkan tubuh Mpu Naga yang pingsan di pelataran ke dalam rumah. Sebagian sibuk mengumpulkan dan mengurusi mayat-mayat saudara seperguruan mereka, dan sisanya lagi membersihkan tempat itu dari darah yang menggumpal dan berceceran di mana-mana.