Mohon tunggu...
TRI HANDOYO
TRI HANDOYO Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis esai, puisi, cerpen dan novel

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Ikrar Sang Pendekar (41): Tiga Poros Kekuatan

7 Agustus 2024   08:12 Diperbarui: 7 Agustus 2024   08:14 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen Tri Handoyo

Tulus telah berperan besar melambungkan nama Padepokan Benteng Naga di dunia persilatan. Tentu saja karena ia mampu menaklukan pendekar-pendekar papan atas yang selama ini sangat ditakuti. Ia kini menjadi sumber inspirasi dan idola baru bagi pesilat-pesilat muda, terutama di kampung halamannya. Mereka yang seiman kemudian mencoba meniru kebiasaan-kebiasaan pemuda sederhana itu, salah satunya rajin berjamaah di langgar.

Terdengar kumandang subuh yang dilantunkan dengan merdu oleh Cak Woto. Tidak berselang lama jamaah mulai berdatangan. Sebagian dari mereka ada yang datang dari jauh, yakni murid-murid Padepokan Benteng Naga dan murid-murid Padepokan Jari Suci, yang menempuh perjalanan lebih dari tiga kilometer. Kini ada istilah tiga poros kekuatan yang mulai populer, Padepokan Benteng Naga, Padepokan Jari Suci, dan Langgar Al Akbar.

***

Ki Demang Wiryo Kertosastro membangun Padepokan Macan Kumbang yang masih satu halaman dengan rumahnya dengan arsitektur yang megah dan mewah. Tempat itu dikelilingi pagar tembok setinggi tiga meter yang kokoh seperti markas tentara. Ia ingin segera melihat padepokannya itu menjadi perguruan silat yang paling kuat, terkenal, dan banyak muridnya.

Sebagai pelindung dan penasehat perguruan, yang sebetulnya lebih tepat disebut sebagai pemilik perguruan, dia membuka penerimaan murid baru secara besar-besaran. Anggota baru diterima dari golongan mana pun. Syaratnya hanya satu, bahwa mereka harus bersumpah setia sampai mati kepada perguruan.

Ia berharap perguruannya kelak, dengan kekuatan dan jumlah besar anggotanya, bisa memberikan pengaruh kepada kalangan bangsawan istana. Memang, perguruan silat itu adalah kendaraan yang diharapkan bisa mengantarkannya menduduki sebuah jabatan di istana. Paling tidak untuk anak-anaknya. Ia memiliki ambisi besar dan siap mengejar kemuliaan dan kebesaran dengan segala cara.

Semua impiannya itu kemudian seakan-akan kandas di tahap awal, manakala Pendekar Jeliteng Macan Kumbang yang menjadi jagoannya dihajar hingga babak belur oleh seorang pemuda tidak terkenal. Ia masih belum bebas dari ancaman musuh besar Si Nenek siluman, kini harus memikirkan ancaman baru dari perguruan saingannya.

Pagi itu ia didampingi Pendekar Celurit Setan, melihat kondisi Pendekar Jeliteng di padepokan. Tabib Ki Dewo sedang mengobati kedua pendekar itu.

"Untungnya mereka memiliki 'Ajian Inti Besi', sehingga pukulan tenaga dalam yang sangat kuat itu tidak sampai membahayakan jiwa!" Tabib itu kemudian menceritakan kondisi Pendekar Golok Dewa, seorang kepala keamanan Tumenggung Legowo, "Golok Dewa masih belum bisa bangun. Semua organ di dalam perutnya berubah posisi dan terluka parah! Sebelum bertarung rupanya ia makan banyak sekali. Lambung yang penuh berisi makanan itu keluar bersama darah. Kemungkinan jiwanya bisa tertolong sangat kecil!"

"Keparat! Pemuda itu benar-benar berilmu tinggi!" dengus kedua Pendekar Jeliteng nyaris bersamaan.

Ki Demang tidak henti-hentinya berpikir bagaimana caranya mengumpulkan pendekar-pendekar besar yang mau menjadi kaki tangannya, karena tanpa itu rasanya sulit untuk mewujudkan cita-citanya. Ia berpikir Pendekar Jeliteng sudah tidak bisa diharapkan lagi, sudah tidak berguna lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun