Sulit untuk dipungkiri bahwa Fadel adalah salah seorang intelijen yang paling sukses menjalankan penyamarannya. Terbukti ia berhasil bertahan dari tahun 1946 hingga 1984.
Namun, sebagaimana ungkapan bijak yang berbunyi 'sepandai-pandai menyimpan bangkai, akhirnya akan tercium pula'.
Pada saat tentara Mesir berjaga di tanah Palestina, Fadel menerima tugas baru untuk menjalin hubungan dengan mereka. Dia mulai mendekati komandan batalyon Ahmed Abdul Aziz serta wakilnya Kamal Aldin Hosein.
Upaya pendekatan itu berhasil dengan baik. Fadel dipercaya untuk memimpin serangkaian ritual ibadah bagi para tentara Mesir. Fadel juga leluasa mengadakan pengajian dan diberi hak khusus untuk mengunjungi kamp secara rutin.
Namun ada sesuatu yang menimbulkan kecurigaan bagi intelijen Mesir. Kecurigaan itu berawal dari keberadaan Fadel yang selalu tidak terdeteksi di waktu tertentu di saat menjelang tengah malam.
Ditambah lagi intelijen Mesir berhasil mengungkap identitas asli Fadel yang rupanya bukan orang asli Palestina. Itu membuat intelijen Mesir akhirnya memantau setiap aktivitas ulama tersebut secara seksama.
Pada suatu ketika, intelijen Mesir mendapati Fadel tengah menyelinap ke camp orang-orang Israel. Kecurigaan semakin tak terbantahkan ketika seorang dokter Mesir mengkonfirmasi kehadiran Fadel yang rutin ke kamp-kamp Israel.
Seorang perwira Mesir lantas mengusulkan rencana untuk menculik dan membunuh mata-mata tersebut. Ide itu mendapat persetujuan dari komandan militer yang kemudian menugaskan dua pasukan elite untuk melaksanakannya.
Hanya dalam semalam, Fadel yang telah menjadi mata-mata Israel selama lebih dari 40 tahun berhasil ditangkap. Setelah itu pengadilan militer dibentuk dan hukuman mati dijatuhkan terhadap Fadel atas tuduhan spionase. Perjalanan Fadel sebagai mata-mata pun tamat.
Kisah tentang penyamaran para agen rahasia juga diungkap dalam sebuah buku karya Matti Friedman. Buku berjudul 'Spies of No Country: Secret Lives at the Birth of Israel' tersebut berhasil memenangkan Natan Prize dan the Canadian Jewish Book Award for history pada tahun 2019.
Matti Friedman adalah seorang jurnalis dan penulis yang pernah meraih berbagai penghargaan. Ia dilahirkan di Toronto tapi lebih banyak menjalani kehidupannya di Jerusalem.