Oleh: Tri Handoyo
Dari seberang warung, Japa mengamati sosok kakek tua yang sangat mirip dengan orang yang selama ini ia cari. "Maaf, Ning!" Ia bertanya kepada pelayan yang sedang mengantar pesanannya, "Siapa nama kakek di pelataran langgar itu?"
"Oh itu, orang-orang biasa memanggilnya Mbah Kucing, Tuan!"
"Apakah dia orang asli sini?"
"Saya tidak begitu tahu pasti, tapi dia sudah cukup lama di sini!"
"Apakah dia sering berpergian?"
"Saya tidak tahu. Memang jarang ada yang mempedulikannya, sehingga tidak ada yang tahu pasti apa kesibukannya selain mengurusi langgar! Apa Tuan mengenalnya?"
"Iya, sepertinya saya sangat mengenalnya!"
Di pelataran langgar, Mbah Kucing menggunakan ranting kering panjang untuk memunguti daun-daun mangga yang berguguran di halaman. Satu per satu daun-daun itu ditusuk dengan ranting hingga terkumpul, dan pelataran yang baru diguyur hujan itu kembali tampak bersih.
"Kasihan orang tua itu!" kata seorang yang berpakaian ulama kepada kedua muridnya. Ia dari tadi mengamati Mbah Kucing dari jendela warung di seberang langgar.