Mohon tunggu...
TRI HANDOYO
TRI HANDOYO Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis esai, puisi, cerpen dan novel

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Ikrar Sang Pendekar (28): Pertemuan Yang Diidamkan

19 Juli 2024   05:49 Diperbarui: 23 Agustus 2024   09:11 588
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen Tri Handoyo

"Kasihan kenapa Syekh?" tanya salah seorang muridnya.

Dari seberang jalan, Mbah Kucing mengerahkan ilmu 'Pendengaran Gaib' sehingga telinganya dapat menangkap dengan ketajaman luar biasa ke arah tiga orang yang berada di warung.

"Setua itu masih harus bekerja menjadi marbot langgar," jawab orang bergamis dan bersurban putih itu. "Itulah kalau orang yang tidak berilmu, dia harus mengandalkan otot untuk mencari nafkah sampai di hari tuanya! Kasihan sekali!"

Pesanan makanan dan minuman mereka datang. Seorang gadis bertubuh tinggi semampai menyajikan hidangan di atas meja. "Silakan menikmati, Tuan-tuan!" katanya sebelum pergi.

Si ulama segera menyantap hidangan yang tampak masih mengepulkan asap itu. Aroma ayam bakar yang sedap dan sambal yang membangkitkan selerah. Ketika ia menggigit daging itu tiba-tiba ia tersedak dan kemudian terbatuk-batuk. Ia sangat kaget melihat daging ayam itu berubah menjadi bangkai yang menebarkan bau busuk. Ia segera melompat dari tempat duduknya. Tertegun menatap beberapa ulat merayap keluar dari paha ayam bakar.

"Ada apa Syekh?" tanya murid-muridnya keheranan.

Japa yang duduk tidak jauh dari meja mereka pun ikut keheranan.

"Astaghfirullah..!" ucap Si Ulama, "Astaghfirullah..!" Ia duduk kembali sambil menenangkan diri setelah melihat piringnya kembali berisi ayam bakar. "Saya telah berdosa! Kalian tunggu di sini!" Ia kemudian menghampiri langgar untuk mencari si kakek yang tadi ia gunjingkan.

Ketika sampai di pelataran ia sadar telah berdiri di tanah berpasir yang basah, sehingga sandalnya meninggalkan jejak yang cukup dalam. Tapi anehnya dia tidak melihat ada jejak kaki lainnya, padahal jelas kakek tadi mondar-mandir di tempat itu. Berdasarkan ilmu dan pengalamannya, ia yakin kakek itu pasti memiliki ilmu meringankan tubuh yang hebat. Hanya bekas tusukan ranting saja yang masih ada. Rupanya ia menggunakan ranting itu sebagai tongkat yang menopang berat tubuhnya, di samping digunakan untuk memunguti daun-daun. Ketika ranting yang ditusukan itu kebetulan mengenai kerikil yang ada di situ, kerikil itu kalau tidak berlubang ya pecah. Perpaduan antara meringankan tubuh dan tenaga dalam yang sangat hebat.

'Masyaallah..! Benar-benar luar biasa..!' batinnya penuh kekaguman.

"Ada apa, Tuan, apa kehilangan sesuatu?" tanya Japa mengagetkan Si Ulama. Ia mengira ada sesuatu yang sedang dicari oleh orang asing yang mengamati tanah itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun