Terdengar sedikit tepuk tangan bersahutan. Sang kaisar tampak menegakkan punggungnya. "Ini mulai menarik," gumamnya lirih. Perpecahan adalah kosa kata yang selalu terdengar merdu.
Setelah menguraikan panjang lebar teknik dan menyodorkan bukti foto-foto hasil kerjanya, setan itu pun lolos dari hukuman, dan sebaliknya langsung mendapat penghargaan.
Dari atas podium ulama setan kembali melanjutkan paparannya, "Bibit permusuhan harus kita pupuk terus hingga tumbuh menjadi pohon peperangan!"
Seruan pujian bersahutan mengiringi tepuk tangan para dewan. "Bagus!" Reaksi sang kaisar mengepalkan tinjunya. Peperangan adalah kosa kata yang terdengar paling indah di telinganya.
Raut muka sangat mengerikan ulama setan itu jelas menggambarkan  derajad kebangsawanannya. Kedua bola matanya menonjol nyaris keluar, sementara hidungnya bolong. Mulutnya robek sampai telinga, sehingga menampakan taring-taring yang runcing. Setan yang paling disegani di kerajaan itu melanjutkan, "Perpecahan dan peperangan terbukti mampu membuat umat manusia lari dari Tuhannya!Â
Ketika mereka mengalami kehancuran, kemiskinan, kelaparan, depresi, putus asa, maka tidak ada lagi hukum yang akan mereka anut. Termasuk hukum Tuhan pun gak ada artinya. Pasca perang dunia II, survey saat itu membuktikan ateis merajalela, tumbuh subur bak jamur di musim hujan. Jadi, kita harus bisa memanipulasi manusia agar mencintai perang. Mereka harus menganggap perang itu indah. Apalagi jika sampai bisa membuat mereka memujanya!"
Tepuk tangan gemuruh disusul teriakan-teriakan penuh antusias. "Setuju..! Setuju..!"
Suara mereka memenuhi seluruh ruang istana hingga pijar lava tampak bergejolak senada.
Tampaknya hujan akan segera turun malam itu. Mendung hitam menggantung di langit. Kilat menyambar, halilintar menggelegar, namun tak sedikit pun menyurutkan semangat para setan untuk melanjutkan sidang istimewanya.
Sang kaisar berdiri dari singgasana seraya mengacungkan piala sebagai anugerah tertinggi. "Selain piala ini!" ujarnya ditujukan kepada setan yang berada di podium, "Kamu mendapat anugerah tambahan seribu pasukan!" Senyum puas menghiasi wajahnya yang beringas. "Lanjutkan..!" teriaknya keras dan tegas. Peperangan adalah kosa kata favoritnya.
Ulama setan kembali melanjutkan paparannya, "Orang yang terjatuh karena terpeleset lidah, kemudian ia menyesal dan menjadikannya merasa rendah itu adalah hal yang paling kita benci setengah mati, betul! Dan kita memuja mereka yang merasa baik, merasa benar dan kemudian menjadikan dirinya sombong..! Kita mencintai ulama-ulama yang sombong! Karena sombong itu ciri khas kita yang sangat nyata, betul?!"