"Jadi kalau menurut romo informasinya yang salah?" tanya Bagong.
"Nah, tugas pencari kebenaran adalah untuk menguji sebuah informasi, sejauh mana dia sudah sesuai dengan fakta."
Ketiga anak Semar merespon dengan manggut-manggut sebagai tanda sepakat.
"Ketika suatu informasi yang salah namun terus diulang-ulang, maka yang akan terjadi adalah info itu akan dianggap sebagai sebuah kenyataan, dan tahap berikutnya diterima sebagai kebenaran. Ini adalah konsep dasar propaganda. Oleh karena itu, membangun kesadaran akan pentingnya literasi itu wajib. Literasi bukan cuma sekadar baca buku, melainkan semacam wawasan, sehingga dengan kekayaan literasi kita bisa terhindar dari terperosok ke jurang absolutisme. Yang memiliki ciri-ciri gegabah dalam mengambil kesimpulan dan gampang menghakimi! Kalian paham?"
"Paham, Mo! jawab mereka serempak.
"Kebenaran itu tidak ditentukan oleh berapa banyak orang yang mencela!" Imbuh Semar.
Semar sebetulnya merupakan sosok yang memiliki posisi lebih tinggi ketimbang para dewa lainnya. Ia telah mencapai puncak kayangan, namun kemudian turun ke bumi demi mengabdikan ilmu pengetahuannya. Ia membimbing para raja dan membela kepentingan rakyat banyak.
Sementara kebanyakan dewa lainnya berhenti pada zona nyaman manunggaling kawula Gusti, 'jumeneng' di kayangan. Mereka Mungkin beranggapan itulah tingkatan tertinggi.
Gareng sambil merapatkan sarungnya bertanya dengan antusias, "Bagaimana pendapat Romo mengenai persoalan Palestina?"
"Persoalan?" ujar Semar dengan nada balik bertanya.
"Benar, Mo! Perhatian dunia internasional belakangan kan tertuju ke persoalan di sana!"