Mohon tunggu...
TRI HANDOYO
TRI HANDOYO Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis esai, puisi, cerpen dan novel

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Ikrar Sang Pendekar (18): Tragedi Bubat

26 Juni 2024   14:22 Diperbarui: 26 Juni 2024   14:30 346
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen Tri Handoyo

"Siapa namamu?"

"Mohon maaf, nama hamba Suto Gumilar!" jawab sang utusan sambil membungkukkan badan dengan sopan.

Melihat bahwa si utusan tak lain hanyalah seorang pemuda bersuara lemah-lembut, berbadan langsing dan berpakaian layaknya juru tulis istana, maka panglima Sunda berani memandang rendah sekali.

 "Eh, Suto! Banyak orang bilang bahwa tuanmu adalah seorang tokoh dunia persilatan yang gagah dan namanya telah menggemparkan dunia. Tidak tahunya dia hanyalah seorang tidak tahu aturan! Ataukah dia sengaja memandang sebelah mata kepada kami, hingga berani berbuat kurang ajar?"

Sungguhpun Suto tampaknya lemah-lembut dan baru berusia dua puluhan tahun saja, tetapi sebenarnya ia salah seorang prajurit andalan istana yang selama tiga tahun lebih namanya telah diperhitungan di dunia persilatan. Selain kecendikiawannya yang luar biasa, ia juga terkenal sebagai pendekar yang pilih tanding.

Kini mendengar orang memandang rendah kepadanya, terutama kepada tuannya, ia menanggapi dengan tersenyum simpul. Dengan suara tetap datar dan sabar ia berujar, "Tuan panglima, bicara anda agak berlebihan. Mengapa anda anggap kami berbuat kurang ajar?"

"Jangan pernah berharap Sundah Galuh akan tunduk kepada Majapahit!" sahut Raja Lingga Buana dengan memendam amarah.

Si panglima menambahi, "Harap kau tahu, saudara Suto, bala tentara kami tidak pernah terkalahkan di medan perang!"

"Mohon maaf wahai Baginda Prabu Lingga Buana," jawab Suto, "Ketahuilah, pasukan kami pun tak terkalahkan di medan perang, tapi kami tidak sedikitpun berniat untuk perang melawan kerajaan anda!"

Raja Lingga Buana akhirnya memintah agar raja Majapahit sendiri yang datang menjemput pengantin dan rombongannya di tempat itu, atau mereka akan kembali pulang dan membatalkan semua kesepakatan. Sang utusan kemudian meminta ijin untuk menyampaikan permintaan itu kepada Sang Mahapatih Gajah Mada.

Sang Mahapatih dihadapkan pada dilema, baik menyetujui maupun menolak persyaratan Sunda, itu sama-sama merugikan. Karena menurut pertimbangannya, itu akan membahayakan jalinan persatuan Nusantara yang selama ini sudah dengan susah payah dibangun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun