Ekspedisi Pamalayu memboyong dua putri dari kerajaan Dharmasraya, putri Srimat Tribuwanaraja. Kedua putri itu bernama Dara Jingga dan adiknya Dara Petak. Menurut rencana semula mereka akan dipersembahkan kepada Raja Singhasari, namun kemudian dipersembahkan kepada Raja Majapahit. Prabu Wijaya mengawini Dara Petak, yang dijadikan permaisuri dan bergelar Indera Isywari.
Sebelumnya Wijaya telah menikah dengan dua orang putri Raja Singhasari, yaitu Tribuaneswari yang menjadi permaisuri dan Gayatri yang menjadi Rajapatni. Akan tetapi Tribuaneswari tidak memiliki seorang anak pun, sementara Gayatri memiliki dua anak perempuan, sehingga dari Dara Petaklah, Sang Prabu kelak diharapkan akan memiliki putra yang nantinya menjadi pewaris singgasana kerajaan.
Harapan itu terwujud. Dara Petak melahirkan seorang putra yang diberi nama Jayanegara. Pada tahun 1295 Masehi, Pangeran Jayanegara yang baru menginjak usia remaja sudah dinobatkan menjadi penguasa Kediri dan bergelar Sri Jayanegara.
Suasana negeri perlahan menjadi lebih baik. Wijaya dan Gayatri yang cerdas bahu membahu membangun Kerajaan. Perhatian mereka tertuju pada kesejahteraan rakyat, memulihkan hubungan kebudayaan dan hubungan kerja sama ekonomi dengan negeri lain. Gayatri yang bijaksana, menjadi penasihat dan pendamping raja yang senantiasa memberikan pandangan-pandangan cemerlang.