Mohon tunggu...
TRI HANDOYO
TRI HANDOYO Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis esai, puisi, cerpen dan novel

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Ikrar Sang Pendekar (4): Jiwa Pantang Menyerah

3 Juni 2024   11:57 Diperbarui: 9 Juni 2024   05:22 561
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh: Tri Handoyo

Banyak hujatan yang ditujukan kepada Jayakatwang, karena dia dipandang sebagai orang yang bertanggung-jawab atas binasanya semua anak keturunan Rajasa (Ken Arok), Raja Singhasari I.

Pada dasarnya, kira-kira tiga perempat abad lebih yang lalu, kakek buyut Jayakatwang, seorang raja Kadiri dibunuh dan singgasananya direbut paksa oleh Ken Arok, bupati Tumapel. Sehingga sejak itu Kadiri menjadi bawahan Tumapel, yang kemudian lebih dikenal dengan kerajaan Singhasari.

Jayakatwang menyimpan dendam. Ia merasa dia adalah pewaris mahkota yang sah, yang sepatutnya bersemayam di singgasana istana. Di samping itu ia juga merasa sebagai orang cerdas dan gagah perkasa tiada tandingannya.

Singhasari, nama wilayah yang merupakan ibu kota negara, dan menjadi lokasi istana kerajaan Tumapel didirikan, telah hancur lebur. Setelah sekitar selama 70 tahun berdiri, lalu sirna dari bumi Nusantara. Maka keturunan pertama Raja Rajasa (1222 - 1227) sampai kepada raja terakhir Kertaneggara (1268 - 1292) berakhir untuk selamanya.

Kabar yang beredar cukup gencar itu sampai juga kepada Wijaya. Ia yang masih berada dalam persembunyian, awalnya sempat merasa sangat terpukul. Akan tetapi dia bukan tipe orang yang mudah putus asa. Dengan semangat balas dendam dan pantang menyerah, ia akhirnya mendapat ide untuk meminta perlindungan kepada Aria Wiraraja yang memerintah di Songenep (Sumenep, Madura). Berlayarlah ia menuju ke sana.

Semasa muda, Aria Wiraraja pernah mengabdi pada Nararya, kakek Wijaya. Maka, ia pun dengan tangan terbuka bersedia membantu sang pangeran. Apalagi beberapa kerabat dan salah seorang puteranya, adalah pasukan anak buah Wijaya.

Wijaya membuat perjanjian dengan Aria Wiraraja, bahwa akan membagi Pulau Jawa menjadi dua bagian jika kelak berhasil menggulingkan Jayakatwang. Akhirnya disusunlah sebuah siasat.

Siasat cerdik itu adalah, Wijaya harus datang ke Daha dan menyatakan menyerahkan diri dan bersedia mengabdi kepada Raja Daha Jayakatwang. Atas jaminan dari Aria Wiraraja, semacam suaka politik, Wijaya pun mendapatkan pengampunan.

Wijaya dengan sungguh-sungguh berusaha mengambil hati raja dan menunjukkan sikap penuh pengabdian. Setelah berhasil mendapatkan kepercayaan raja, ia kemudian memberanikan diri meminta tempat untuk keluarganya bermukim.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun