Mohon tunggu...
TRI HANDOYO
TRI HANDOYO Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis esai, puisi, cerpen dan novel

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Melalui Asap Melintasi Masa

9 Mei 2024   07:49 Diperbarui: 14 Juni 2024   06:31 669
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen Tri Handoyo


Oleh: Tri Handoyo

Tempat yang telah teridentifikasi sebagai awal mula perkembangan peradaban umat manusia adalah Mesopotamia. Beberapa penemuan penting pada masa itu antara lain roda, pertanian tanaman sereal, aksara kursif, matematika, astronomi, dan penemuan wewangian.

Wewangian atau yang lebih popular disebut parfum, berasal dari sebuah frasa dalam bahasa Latin, 'Per Fume' yang berarti 'Melewati Asap'.

Selama ribuan tahun silam, parfum yang masih berupa dupa, telah dikenal. Sebuah prasasti kuno berangka tahun 2000 SM menyebutkan bahwa wewangian dibuat pertama kali oleh sorang wanita bernama Tapputi. Parfum semula berfungsi sebagai perlengkapan ritual keagamaan.

Bangsa Mesopotamia meyakini bau harum bisa menarik hati para dewa, mengantar roh menuju nirwana, dan juga bisa untuk mengusir setan jahat yang menghinggapi orang sakit. Oleh karena itu para tabib menaruh parfum selama mengobati pasien, dan juga meletakan banyak parfum di makam-makam raja. Yang paling populer adalah makam Raja Tutankhamen, di mana wadah-wadah parfum berbagai bentuk mengelilinginya. Hingga setelah melintasi masa berabad-abad lamanya, ketika tempat itu dibuka, aroma wangi parfum itu masih bisa tercium.

Hanya para rahib dan pendeta serta keluarga bangsawan raja yang boleh menggunakan parfum. Hal itu berlangsung lama hingga jauh menembus zaman keemasan Mesir Kuno.

Pembuatan parfum pun berkembang di Mesir, dengan beragam wadah indah sebagai tempatnya. Umumnya wadah itu terbuat dari pualam, porselen, atau logam mulia seperti perak dan emas. Ketika kaca mulai dikenal sekitar 1558 SM, orang lantas menggunakannya sebagai botol parfum.

Orang-orang Yunani dan Romawi mendapatkan parfum melalui perdagangan antara Pulau Kreta dan Mesir. Pada abad ke 3 SM, setelah penyerbuan Alexander Agung ke Mesir, penggunaan parfum baru melonjak drastis. Meski butuh waktu lama, Yunani kemudian bisa memproduksi parfum sendiri. Bangsa inilah yang lantas diyakini sebagai pembuat parfum cair pertama kali.

Di Mesir, seperti yang tercantum dalam Ajaran Ptahhotep, yakni kitab kumpulan peribahasa moral dari dinasti V, selain untuk upacara ritual keagamaan, parfum juga mulai digunakan untuk perawatan pribadi. Ini menunjukkan betapa pentingnya parfum bagi kehidupan orang Mesir.

Parfum menjadi salah satu indikator status sosial seseorang. Para tamu di perjamuan-perjamuan mewah kerajaan biasa mengoleskan salep harum ke wig mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun