Mohon tunggu...
TRI HANDOYO
TRI HANDOYO Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis esai, puisi, cerpen dan novel

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kolonialisme Kontemporer

1 Mei 2024   11:27 Diperbarui: 15 Juni 2024   10:26 609
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen Tri Handoyo


Oleh: Tri Handoyo

Kolonialisme kontemporer adalah pengendalian oleh satu kekuatan besar atas sebuah bangsa, untuk menaklukkan, menguasai dan mengeksploitasinya, tanpa melalui jalan peperangan.

Perang secara konvesional, misalnya seperti perang yang sedang berlangsung antara Rusia dan Ukraina, tentu membutuhkan biaya mahal dan memakan banyak korban jiwa. Itulah kenapa para kolonialis kontemporer sejak lama merancang strategi model baru, yakni 'Proxy War' dan 'Asimetris War'.

Proxy War adalah sebuah konfrontasi antar dua kekuatan besar dengan menggunakan pemain lain. Bukan pemain cadangan, apalagi pemain inti, cukup pemain pengganti. Misal menyusupkan agen intelijen kepada kelompok pemberontak, kelompok LSM, atau bahkan ke partai, di sebuah negara yang disasar agar memusuhi pemerintah yang sah.

Tujuan strategi tersebut di samping untuk mengurangi risiko kehancuran fatal juga untuk menghindari tuduhan sebagai penjahat perang bagi pihak Penjajah Kontemporer.

Sementara perang asimetris adalah bentuk perang tak teratur di mana para pihak yang diperangi kadang tak menyadari akan berbagai serangan yang tengah dilancarkan. Ini adalah 'Soft War'.

Perang asimetris sebetulnya justru memiliki daya rusak yang jauh lebih dahsyat dibanding perang konvesional. Kenapa demikian? Sebab perang jenis ini memiliki medan tempur jauh lebih luas, kurun waktu lebih panjang, dan meliputi segala aspek kehidupan.

Ada dua bentuk dalam perang asimetris. Pertama, melalui aksi massa di jalanan dalam rangka menekan target sasaran. Kedua, melalui meja para elite politik agar setiap kebijakan yang diambil bisa sejalan dengan sang juragan.

Tidak aneh jika kemudian muncul ungkapan bahwa di dalam politik itu "Everything is by design", yakni segalanya telah didisain. Semua peristiwa politik tidak terjadi secara acak, melainkan telah dirancang dengan penuh tujuan dan penuh kontrol.

Sasaran perang asimetris, yaitu membelokkan sistem sebuah negara, melemahkan ideologi serta mengubah pola pikir rakyat, menghancurkan ketahanan pangan dan energi, selanjutnya, menciptakan ketergantungan negara tersebut kepada negara juragan, yaitu si penjajah kontemporer.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun