Mohon tunggu...
TRI HANDOYO
TRI HANDOYO Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis esai, puisi, cerpen dan novel

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pahitnya Jampi Tak Sepahit Nasib Majapahit

25 April 2024   18:18 Diperbarui: 12 Juni 2024   19:09 884
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen Tri Handoyo


Oleh: Tri Handoyo

Ada sisi yang jarang terungkap di era kejayaan Majapahit, yakni soal ramuan jampi rempah-rempah. Jampi memiliki arti jamu atau obat, tapi jika kata tersebut diulang bisa berarti mantra atau doa. Jampi berbahan rempah-rempah ini sangat populer, bahkan sampai tembus ke mancanegara.

Sejarah mencatat bahwa jampi rempah-rempah pernah menempati posisi penting dalam mengharumkan nama Nusantara. Kerajaan Majapahit pernah menjadi pemasok utama rempah-rempah dalam perdagangan internasional. Begitu pentingnya rempah sehingga menjadi komoditas andalan yang ikut menentukan kondisi politik, ekonomi, serta sosial budaya dalam skala global.

Jalur perdagangan rempah memicu berkembangnya beragam pengetahuan dan kebudayaan yang bukan saja menjadi warisan budaya Nusantara, namun juga menjadi warisan budaya dunia. Membicarakan jampi bukan sekedar soal perilaku hidup sehat, namun lebih dari itu, yakni memori kolektif jampi yang mampu menumbuhkan kebanggaan dan rasa nasionalisme, serta memberikan pemaknaan penting tentang arti berbangsa dan bernegara.

Sejak lama bangsa Eropa penasaran dan ingin mencari asal rempah-rempah yang selain berkhasiat juga beraroma menarik, unik dan eksotik. Berlomba-lombalah pencarian rempah, seperti cengkeh, pala, fuli, dan lain-lainnya. Benda-benda itu hanya terdapat di pulau Maluku, sehingga wajar jika super langka dan sangat mahal. Ini yang membuat rempah menjadi simbol kekuasaan, kekayaan sekaligus kemewahan. Tidak jarang para raja dan bangsawan menimbun rempah di gudang-gudang perbendaharaan mereka.

Selain di atas, berbagai macam rempah khususnya lada, kayu manis, adas, kapulaga, kunyit, jahe, lengkuas, merica dan daun salam, menjadi daya tarik bangsa Eropa untuk berdatangan.

Oleh karena itu, mereka pun rela mengarungi samudera, menempuh perjalanan jauh, dan bahkan siap perang demi bisa memperolehnya. Sebelumnya mereka memang bergantung kepada pedagang Arab dan India, yang lebih dulu menguasai dan merahasiakan tempatnya.

Rempah-rempah memang menjadi faktor penentu kelezatan sebuah masakan. Ketinggalan satu saja bumbu rempah, di samping aroma makanan akan berbeda, juga mengurangi cita rasa yang khas. Selain sebagai penyedap cita rasa, rempah juga dimanfaatkan sebagai pewarna, pengawet, tambahan parfum, dan yang lebih penting lagi yaitu sebagai bahan obat-obatan.

Sejak lama nenek moyang Nusantara mengetahui bahwa rempah-rempah mampu memberikan manfaat besar bagi kesehatan tubuh. Mengonsumsinya secara berkala akan mampu mencegah resiko timbulnya berbagai macam penyakit.

Jampi rempah-rempah dapat mencegah kerusakan sel-sel, membunuh bakteri, membantu melawan infeksi, mengurangi peradangan, memperkuat sistem kekebalan tubuh, dan meminimalisir efek buruk dari penuaan.

Sistem pengobatan tradisional ini terabadikan dalam Serat Primbon Jampi Jawi, yang memuat berbagai informasi mengenai khasiat bahan-bahan, cara meracik dan dosis obat, serta cara mengkonsumsinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun