Mohon tunggu...
TRI HANDOYO
TRI HANDOYO Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis esai, puisi, cerpen dan novel

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dalil-Dalil Jahil dan Batil

7 April 2024   12:03 Diperbarui: 21 Juni 2024   16:43 756
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen Tri Handoyo

Di dalam dunia intertainmen ada yang disebut dengan 'pseudo event'. Mereka penonton bayaran yang dimobilisasi agar sebuah acara terkesan berkualitas dan populer. Dalam religiontainment hal itu disebut 'pseudo religion'. Mereka heboh luar biasa seolah sangat religius. Meskipun belum tentu paham agama dengan benar, tidak menerapkan perintah agama secara konsekuen, tidak paham sejarah agamanya, tapi rela mati atas nama membela agama.

Anehnya, suatu ketika ada orang yang menyatakan bahwa kitab suci itu fiksi, kelompok yang merasa sebagai juru bicara Tuhan itu seolah-olah kehabisan kata-kata, tiba-tiba membisu seribu bahasa. Padahal meyakini keberadaan kitab suci adalah bagian dari rukun iman. Bagaimana mungkin dalil-dalil yang mati-matian biasa mereka lontarkan untuk bela agama itu ternyata berdasarkan sesuatu yang bersifat fiksi?

Mereka juga sukses menjadikan agama sebagai momok. Sebagian besar masyarakat awam kemudian menjadi bertambah alergi dan menghindari pembicaraan yang ada sangkut-pautnya dengan agama.  Sebagian sisanya menjadi produk yang mudah dihasut dan dibentuk agar mahir mengutuk. Mengutuk agama dan keyakinan yang berbeda. Mengutuk ulama yang amalan serta mazhab yang tidak sama.

Dalil-dalil jahil dan batil siap untuk mengumandangkan teror ke seluruh penjuru dunia. Dengan mencatut nama Tuhan, lidah mereka enteng memutar-balikan fakta dan lincah beratraksi melontarkan fitnah. Spesies non budi pekerti itu mencoba mengangkangi sejarah agar bisa menjarah sebuah negara. Ideologi Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika yang dirintis para leluhur hendak mereka ubah.
 
Indonesia adalah negara yang sudah lama diintai untuk dibantai, kemudian dibiarkan agar menjadi santapan Burung Nazar yang hidup dari bangkai. Nama Tuhan yang mulia dilontarkan seiring kecaman, kutukan dan hujatan. Nama Tuhan diteriakan seiring kebrutalan dan keberingasan, seiring lemparan batu, anak panah, peluru dan bom molotov, ke sesama umat manusia.

Pintu masuk para tukang laknat itu adalah dengan menyatakan demokrasi adalah sistem Dajjal. Presiden dan semua aparatur negara adalah Thogut. Mayoritas masyarakat adalah ahlul bid'ah, pemuja Khurafat dan Tahayul. Hukum yang digunakan adalah hukum pemuja tuyul.

Mari cerdaskan anak bangsa dengan meningkatkan minat baca dan melek literasi, agar tidak mudah dihasut dengan propaganda murahan atas nama agama. Jangan sampai dalil-dalil jahil dan batil menjadikan Nusantara ini seperti Libya, Somalia, Sudan, Yaman, Afganistan, Iraq dan Syiria, yang telah porak poranda. Naudzubillah..!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun