Mohon tunggu...
TRI HANDITO
TRI HANDITO Mohon Tunggu... Guru - Kawulaning Gusti yang Mencoba Untuk Berbagi

Agar hatimu damai, tautkankanlah hatimu kepada Tuhanmu dengan rendah hati.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Artikel Utama

Mudik: Dari "Paran" Kembali ke "Sangkan"

10 April 2024   18:24 Diperbarui: 11 April 2024   14:22 2072
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nyekar atau ziarah ke makam (sumber: dokumen pribadi)
Nyekar atau ziarah ke makam (sumber: dokumen pribadi)

Mudik: Dari Paran Kembali ke Sangkan

Mencermati tulisan di atas, ternyata dapat ditemukan hubungan yang erat antara mudik dengan asal-muasal penciptaan manusia. Mudik adalah aktifitas pulangnya seseorang dari tanah paran (tanah rantau) ke sangkan (asal/tanah kelahiran) mereka. Melalui nyekar, manusia juga diingatkan mengenai realitas sangkan (asal muasal penciptaan) dan paran (tujuan akhir) kejadian (dumadi) manusia atau dalam konsep budaya Jawa dikenal dengan Sangkan Paraning Dumadi-nya manusia.

Seperti halnya mudik yang kembali ke tanah kelahirannya, kita juga (pasti) akan kembali kepada asal-muasal kita, kepada Sangkan Paraning Dumadi kita. Ternyata, hidup kita ini tidak sekedar siklus lahir-hidup-mati saja (seperti halnya siklus mudik kemudian merantau lagi dan mudik lagi pada tahun berikutnya), namun kita perlu meneroka rasa lebih dalam lagi. Meneroka rasa tentang mudik bisa menjadi pemantik pemikiran bagi kita ketika berproses mencari bekal bermakna di dalam kesejatian hidup: dari mana kita hidup, bagaimana kita hidup, untuk apa kita hidup, dan ke mana sesungguhnya arah tujuan hidup manusia.

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati, begitu firman Allah SWT di dalam Al Quran Surat Ali Imran ayat 185. Selain itu, di dalam Al Quran Surat Ar Rahman ayat 26 Allah SWT berfirman bahwa semua yang ada di dunia ini juga akan binasa. Dua firman Allah SWT tersebut menjadi pengingat dan penguat keyakinan kita bahwa setiap dari kita pasti akan kembali ke asal muasal penciptaan kita. 

Sebab adanya kita adalah untuk kembali kepada tempat bermula dan tempat berakhirnya kita: Allah SWT, Sang Sangkan sekaligus Sang Paran. Apabila kita menyadari hal tersebut, maka seharusnya spirit hidup kita di alam fana yang hanya sesaat ini adalah spirit ibadah (membangun harmoni dengan Sang Pencipta sebagai sumber kehidupan) serta membangun kebaikan sebanyak-banyaknya terhadap sesama manusia dan alam sekitar. 

Tulisan ini saya tutup dengan syair Jalaluddin Rumi:

Aku adalah pelancong,

Kaulah jalanku,

Aku berjalan dariMu,

kepadaMu

Sumber:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun