Mohon tunggu...
TRI HANDITO
TRI HANDITO Mohon Tunggu... Guru - Kawulaning Gusti yang Mencoba Untuk Berbagi

Agar hatimu damai, tautkankanlah hatimu kepada Tuhanmu dengan rendah hati.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Artikel Utama

Mudik: Dari "Paran" Kembali ke "Sangkan"

10 April 2024   18:24 Diperbarui: 11 April 2024   14:22 2066
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nyekar atau ziarah ke makam (sumber: dokumen pribadi)

Orang tua kita pun juga sangat menantikan kita, sebagai wujud kasih mereka terhadap anak-anaknya. Mudik memang salah satu hal yang bisa menyenangkan hati dan rasa orang tua kita, karena mudik menjadi media pertemuan antara orang tua dengan anak-anaknya. 

Jika kita teroka, maka mudik adalah salah satu dari sekian banyak cara untuk berbuat baik dan berbakti kepada orang tua kita (birrul walidain). Berbuat baik dan berbakti kepada orang tua merupakan amalan paling utama yang dicintai Allah SWT. Hal tersebut sesuai dengan hadist yang diriwatkan oleh HR. Bukhari, Muslim, Ahmad, dan Tirmidzi berikut ini.

Dari 'Abdullh bin Mas'ud r.a.: "Aku bertanya kepada Rasulullah "Amalan apakah yang paling afdhal (utama)?" Rasul menjawab, "Shalat pada waktu-waktunya." Aku bertanya lagi, "Kemudian apa lagi?" Beliau menjawab lagi, "Berbakti kepada kedua orang tua." Aku bertanya kembali." "Kemudian apa lagi?" "Kemudian jihad fi sabilillah." Kemudian aku terdiam dan tidak lagi bertanya kepada Rasulullah . Andaikan aku meminta tambahan, maka Beliau akan menambahkan kepadaku". (HR. Bukhari, Muslim, Ahmad, dan Tirmidzi). Ternyata, begitu luar biasa makna mudik! Mudik merupakan aktualisasi ikatan batin dan kasih sayang anak dengan orang tua. Ketika mudik tiba, kita sejenak pulang untuk menjenguk "surga" di tanah kelahiran kita.

2. Nyekar : pengingat asal mula dan ke mana tujuan hakiki hidup kita

Setiba di kampung halaman, para pemudik biasanya melakukan tradisi nyekar atau ziarah kubur keluarga secara bersama dengan menabur bunga. Hal ini merupakan bentuk ikatan batin antara yang mereka yang masih hidup dengan keluarga dan kerabat yang sudah meninggal. Ikatan batin ini sebenarnya memiliki dua makna yang sangat penting bagi proses untuk mematangkan batin manusia. 

Pertama, melalui nyekar kita (yang masih hidup) diingatkan kepada sisi sejarah asal muasal kita. Ada perjuangan, kasih sayang, kenangan, dan teladan yang bisa kita petik dari mereka yang sudah meninggalkan kita menghadap Sang Pencipta. Kedua, nyekar mengingatkan pada "masa depan" kita, ketika kita sudah sampai di ujung kehidupan kita di dunia, yaitu kematian. 

Imam Qurthubi r.a. pernah meriwayatkan bahwa Ad Daqqaq berkata: Barangsiapa yang banyak mengingat mati, maka ia akan dimuliakan dengan tiga perkara, yaitu bersegera bertaubat, hatinya merasa cukup, dan semangat dalam beribadah. 

Sebaliknya, barangsiapa yang melupakan kematian, maka ia akan dihukum dengan tiga perkara, yaitu menunda taubat, tidak ridha dengan rasa cukup, dan malas dalam beribadah. Nyekar adalah pengingat asal mula kita sekaligus pengingat bahwa hidup kita akan berakhir dengan kematian. Sabda Rasulullah :

 "Cukuplah kematian itu sebagai pengingat".

Kematian sebenarnya sudah cukup untuk menjadi nasihat supaya umat manusia selalu ingat dan beribadah kepada Allah SWT. Hidup yang fana ini adalah wahana bagi umat manusia untuk menabung pahala sebanyak-banyaknya sebagai bekal menghadapi hidup sesudah mati yang kekal dan abadi.

Momen mudik di satu sisi dan lebaran (Hari Raya Idul Fitri) di sisi lain, adalah perpaduan saat yang tepat untuk berbagi rasa setelah sekian lama hidup dalam dimensi waktu yang sama namun pada ruang/tempat yang berbeda dan berjauhan: yaitu tanah rantau dengan kampung halaman. 

Mudik pada saat lebaran adalah wahana untuk membina dan mempererat hubungan kasih sayang dan persaudaraan antarmanusia, baik sebagai sesama kerabat (keluarga dan sanak saudara) maupun dalam hubungan yang lebih luas lagi, seperti sahabat, teman sekolah, teman seprofesi, dan sebagainya.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun