Mohon tunggu...
krisnaldo Triguswinri
krisnaldo Triguswinri Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Lahir di Jambi, Sumatra, pada 24 Oktober 1996. Menempuh pendidikan pascasarjana di Daparteman Administrasi Publik, Universitas Diponegoro, Semarang. Memiliki ketertarikan pada bidang kajian filsafat politik, kebijakan publik, ekonomi-politik, feminisme, dan gerakan sosial. Mengagumi para pemikir The New Left: dari Alain Badiou, Michel Foucault hingga Slavoj Zizek.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Marx, Opium, dan Agama

12 November 2020   12:05 Diperbarui: 12 November 2020   12:52 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketertarikan Marx terhadap agama diawali dengan munculnya kritik agama yang disampaikan oleh Bruno Bauer dan terutama oleh Ludwig Feuerbach. Di masa tersebut Marx menemukan relasi kotor antara gereja dengan otoritas kekuasaan di ranah agama dan politik eropa pada abad 19. Marx sadar dan gerah dengan fakta bahwa kaum elite menggunakan agama untuk memobilisasi rakyat demi kepentingan mereka sendiri.

Contoh aktual dan lokal berlangsung di Indonesia kala orde baru berkuasa dan menggunakan pola yang sama saat berlangsungnya tragedi G30S. pemerintah salah mengartikulasi bahwa komunisme sama dengan ateisme. Sehingga isu tersebut digunakan oleh pemerintah untuk memobilisasi massa agama untuk berhadapan dengan mereka yang diclaim komunis atau kiri. Hal tersebut pertama-tama tidak dikontekskan dalam kondisi sosial, politik, dan ekonomi. Maka hal tersebut tidak berdasar pada doktrin (nilai moral) dan teologinya dan/atau tak melulu terkontakan dalam dikotomi pahala, dosa serta surga dan neraka. Tetapi kepentingan sosial dan politik yang diusung oleh rezim.

Oleh karena itu, persepsi yang buruk antara hubungan marxisme dan agama terjadi akibat pembacaan setengah-setengah atas sejarah yang ada. Sejarah perjumpaan marxisme dan agama tidak hanya terjadi di Eropa Timur, China, Kuba, Korea Utara, atau Rusia di masa Stalin. Represi dan penindasan terhadap kaum beriman bukanlah fenomena yang terjadi dalam masyarakat yang dipimpin oleh para marxist saja. Di awal masa revolusi rusia, kelompok bolshevik bahkan berhasil memikat simpatik kelompok muslim, berbeda dengan banyak pemahaman orang-orang marx justeru menentang pendapat apapun yang melarang agama.

Agama bagi para marxist seharunya menjadi urusan privat. kebebasan agama apapun haruslah diakui dan dilundingi di negara manapun terlepas dari apapun ideologinya. Sebab mereka yang memiliki keyakinan terhadap agama tidak mesti selalu fundamentalist atau reaksioner.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun