Mohon tunggu...
Tri Fuji Lastari
Tri Fuji Lastari Mohon Tunggu... Guru - English Teacher, SMP NEGERI 32 OKU

I want to be the teacher my students miss....

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Koneksi Antar Materi Modul 1.4

4 Juni 2024   00:05 Diperbarui: 4 Juni 2024   00:56 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Koneksi Antar Materi  Modul 1.4

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh

Perkenalkan saya Tri Fuji Lastari,S.Pd CGP Angkatan 10 dari Kab. Ogan Komering Ulu. Pada kesempatan kali ini saya akan memaparkan koneksi antar materi modul 1.1 tentang filosofi pemikiran ki hajar dewantara, modul 1.2 tentang nilai dan peran guru penggerak, modul 1.3 tentang visi guru penggerak dan modul 1.4 tentang budaya positif. Narasi tentang koneksi antar materi ini dipandu dengan pertanyaan yang tercetak tebal sebagai pertanyaan pemantiknya. Simak dengan baik pemaparannya berikut ini:

Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep inti yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: disiplin positif, teori kontrol,  teori motivasi, hukuman dan penghargaan, posisi kontrol guru, kebutuhan dasar manusia, keyakinan kelas, dan segitiga restitusi. Adakah hal-hal yang menarik untuk Anda dan di luar dugaan?

Dalam budaya kita, makna kata 'disiplin' dimaknai menjadi sesuatu yang dilakukan seseorang pada orang lain untuk mendapatkan kepatuhan. Kita cenderung menghubungkan kata 'disiplin' dengan ketidaknyamanan. Padahal disiplin merupakan sesuatu hal yang perlu ditanamkan pada diri setiap individu.

Pada pokok bahasan lain banyak sekali informasi -- informasi baru yang menyadarkan diri saya bahwa dalam mendidik anak terdapat nilai -- nilai yang harus diterapkan dalam menciptakan budaya positif. Sebagi contoh pada materi posisi kontrol guru, berdasarkan pada teori Kontrol Dr. William Glasser, Gossen berkesimpulan ada 5 posisi kontrol yang diterapkan seorang guru, orang tua ataupun atasan dalam melakukan kontrol. Kelima posisi kontrol tersebut adalah Penghukum, Pembuat Rasa Bersalah, Teman, Pemantau dan Manajer. Selama ini posisi saya berada pada penghukum dan pembuat rasa bersalah. Tentunya hal ini sangat bertentangan dengan filosofi pembelajaran yang diinginkan oleh ki hajar dewantara dimana kita harus bisa memanusiakan manusia dan menuntun kodrat anak sesuai dengan zamannya. Dalam memberikan pelayanan ke siswa/ mempunishment kita sebagai guru harus bisa berada pada posisi manager, ada langkah dan tahapan yang harus kita lakukan dalam mendidik anak terkait dengan kesalahan yang mereka buat.

Hal kedua yang tak terduga selama mempelajari modul 1.4 yaitu terkait keyakinan kelas, selama ini saya hanya berpikir bahwa tidak ada suatu keyakinan namun hanya sebatas aturan kelas, ternyata dua hal tersebut merupakan sesuatu yang berbeda, keyakinan kelas merupakan suatu kesepakatan yang tidak tertulis namun dipahami oleh seluruha anggota kelas yang wajib dipatuhi tanpa perlu ada dorongan dari luar dan rasa itu muncul dari diri siswa sendiri. Pada materi segitiga restitusi kita diajarkan menyelesaikan kasus yang biasa terjadi di sekolah dengan tahapan dari menstabilkan identitas, memvalidasi tindakan yang salah dan menanyakan keyakinan, dimana selama ini saya hanya langsung menjatuhkan hukuman tanpa mengikuti langkah dari segitiga restitusi tersebut.

Informasi yang saya peroleh dari modul 1.4 linier dengan pemahaman pada materi sebelumnya, dimana untuk mewujudkan pemikiran KHD dapat menerapkan informasi dalam materi budaya positif, nilai dan peran guru penggerak dapat terwujud dengan dukungan dari penerapan budaya positif.

Perubahan apa yang terjadi pada cara berpikir Anda dalam menciptakan budaya positif di kelas maupun sekolah Anda setelah mempelajari modul ini?

Perubahan yang terjadi setelah mempelajari modul budaya positif yaitu memperbaiki kesalahan dalam mendidik murid di sekolah, kita tahu bahwa pasti setiap hari aka nada anak yang berbuat salah. Kita sebagai guru harus tau bahwa kesalahan yang diperbuat oleh anak tersebut dapat diperbaiki melalui penerapan budaya positif. Sebagai seorang pendidik harus bisa memahami kebutuhan dasar anak terlebih dahulu supaya bisa dicari akar permasalahan si anak tersebut melakukan kesalahan.

Selain itu budaya positif harus segera diterapkan karena dengan kita menerapkan budaya positif tujuan pendidikan dapat segera terwujud, tentunya hal ini harus dibarengi dengan kesadaran dari seluruh warga sekolah, poin utama pada penerapan budaya positif yaitu dimulai dari menciptkana kebiasaan positif yang akan berdampak pada terciptanya budaya positif di sekolah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun