Misinformasi ini berpotensi besar terjadi di Tiktok karena banyak sekali content creator di sana yang dapat memberikan pendapatnya terkait isu tertentu secara subjektif. Minimnya penggunaan data yang terverifikasi menjadi salah satu cirinya. Jika tidak hati-hati dan hanya mengandalkan parameter "viral" saja, hal ini tentu sangat berbahaya. Pasalnya, informasi tersebut bisa saja menggiring opini publik ke hal-hal yang belum tentu benar dan terverifikasi faktanya. Â
Tidak jarang, banyak warganet yang terkesan sangat mudah percaya terhadap sebuah konten yang tersedia di Tiktok. Padahal, akun yang menyebarkan informasi tersebut belum tentu menunjukkan tanda-tanda kredibel seperti dari media ternama atau dari perseorangan yang memiliki latar belakang terpercaya. Alih-alih berdasarkan data dan melakukan verifikasi, banyak konten malah cenderung mengarah ke teori konspirasi. Dengan demikian, publik pun wajib meningkatkan rasa skeptis dan kritis terhadap informasi yang didapatkan di Tiktok.Â
Kredibilitas dan Relevansi Menjadi Kunci
Permasalahan kredibilitas di Tiktok tadi lantas membuat jurnalisme masa kini dan masa depan semakin dituntut kritis dan aktif untuk memberitakan informasi yang terpercaya kepada publik. Jurnalisme media di Indonesia perlu senantiasa menjaga kredibilitas dan relevansinya di tengah perubahan lanskap media yang ada. Tujuannya agar publik tidak mudah digoyahkan dan terbawa arus informasi yang relevansinya minim akurasi.Â
Maraknya penggunaan media sosial seperti Tiktok oleh publik membuat media cetak konvensional dan online akan menghadapi persaingan ketat. Hal tersebut terjadi karena  berkaitan dengan perhatian dan keterlibatan audiens dalam isu yang diangkat.Â
Akhir kata, jurnalisme masa kini dan masa depan perlu mencari cara untuk tetap beradaptasi di tengah perubahan ini. Kehadiran berbagai content creator di Tiktok harus memacu jurnalisme sebagai garda terdepan dalam menyampaikan informasi yang valid dan benar. Oleh sebab itu, proses yang profesional meliputi standar dan etika jurnalistik di beberapa kanal media sosial yang marak digunakan publik haruslah senantiasa dijaga dan relevan. Sebab, yang "viral" itu belum tentu benar dan kredibel sumbernya. Maka, jurnalisme masa depan di Indonesia memiliki tugas sekaligus tanggung jawab yang besar yakni menyediakan informasi yang valid kepada publik.Â
Referensi
Dihni, V. A. (2022, Maret 31). Tiktok masuk daftar merek dengan pertumbuhan tercepat di dunia. Katadata.co.id. Diakses dari https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/03/31/tiktok-masuk-daftar-merek-dengan-pertumbuhan-tercepat-di-duniaÂ
Jayani, D. H. (2021, Mei 24). Persentase penduduk indonesia menurut generasi tahun 2020. Katadata.co.id. Diakses dari https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/05/24/proporsi-populasi-generasi-z-dan-milenial-terbesar-di-indonesiaÂ
Kasih, A. Y. (2021). Meningkatkan Minat Baca, Konten Visual Lebih Digemari. Diakses dari https://www.kompas.com/edu/read/2021/12/08/143158171/meningkatkan-minat-baca-konten-visual-lebih-digemari-gen-z?page=allÂ
Pusparisa, Y. (2020, November 23). Sumber informasi yang diakses untuk mendapat informasi. Katadata.co.id. Diakses dari https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2020/11/23/masyarakat-paling-banyak-mengakses-informasi-dari-media-sosialÂ
Rizal, J. G., & Galih, B. (2022, September 16). Tiktok disebut sebagai sarang misinformasi oleh pengawas media. Kompas.com. Diakses dari  https://www.kompas.com/cekfakta/read/2022/09/16/193300582/tiktok-disebut-sebagai-sarang-misinformasi-oleh-pengawas-media?page=allÂ