Yang berikut ini adalah pengantar ditulis oleh Kasidi untuk buku berjudul 'Creativity Matters (1)'Â dan ditulis dalam bahasa Indonesia padahal bukunya ditulis dalam bahasa Inggris.
Iya tahu tetapi ini isinya kan puisi dalam bahasa Inggris. Iya tahu tetapi tetap saja pengantar yang kutulis ini harus dalam bahasa Indonesia. Lho ya jangan begitu nanti kan ditertawai orang banyak. Tahun berapa sekarang? 2025, kenapa? Sudah belasan tahun kok ada yang berani menertawakan. Mulanya terperangah tetapi kemudian ingatan itu berkelebat datang, dan benar juga, seperti senapan mesin Kasidi mrmberondong mengingatkan dengan keras betapa bahasa Indonesia telah diproklamasikan sebagai bahasa international. Bagaimana? Masih ada yang akan menertawakan pengantar dalam bahasa Indonesia walau buku ini isinya puisi berbahasa Inggris? Aku tidak menjawab karena yang lebih mengejutkan segera menyusul.Â
Kasidi menyodorkan HP-nya dan sebuah pengantar berbahasa Indonesia tampak di layar. Sudah kukirim ke WA, buka dan segera satukan dengan naskah buku yang berbahasa Inggris. Selesai tugasku menulis pengantar.
Apalagi yang bisa diargumentasikan kalau sudah seperti ini. Inilah pengantar versi Kasidi dalam bahasa Indonesia.
AI di Masa DepanÂ
Ketika pada awal dianggap bersemai
Pada 1950-an, tak banyak yang risau
Pada barang yang satu ini, sehingga
Ya begitu-begitu saja; banyak memang
Yang memandang dengan curiga, tapi
Karena manusia tetap dianggap unggul
Dengan triliun neuron dalam imajinasi,
AI bukanlah lawan apalagi ancaman.
AI itu hanya teman, membantu kawan
Selesaikan masalah pragmatika segera.
Hanya saja setelah mekar berkembang
Seperti sekarang, mulailah kelabakan.
Potensi menggantikan kreasi imajinasi
Yang pernah diklaim sebagai hak pribadi
Perlahan tetapi pasti dirampas tak peduli.
Apa yang pernah harus dilakukan berhari
Sekarang bisa jadi dalam hitungan durasi.
Memang masih tampak kaku tak harmoni
Mungkin karena alatnya belum terkondisi
Menyamai imajinasi mahluk pemimpi ini,
Tapi siapa yang akan tahu satu dua tiga
Dekade nanti kalau semuanya terkondisi
Untuk merebut persepsi, imajinasi, kreasi,
Dan bahkan juga pribadi jiwa nurani ini?
Ayo siapa yang pasti tahu tentang hal ini?
Simak saja trampil memahat untuk seni
Yang bisa meniru apa saja nir kecuali.
Asal alat ada, program ada, listrik ada,
Dan woooshh pahatan karya para ahli Â
Terpampang jadi dalam hitungan menit.
Sama persis, jauh lebih halus mumpuni,
Jadi jika bisa meniru sama persis asli
Bukankah tinggal selangkah lagi jadi
Pemahat ahli dengan beragam kreasi?
Itu fakta dari seni pahat ahlian langka.
Lalu bagaimana dengan si seni sastra?
Sama saja bahkan bisa lebih fantastis.
Berikan saja kata kunci, dan woooshh
Puisi bersajak berima selesai dan jadi.
Mungkin masih agak kaku tapi presisi
Jangan ditanya, belum lagi cepatnya.
Benar-benar tidak tertandingi saat ini.
Lalu bagaimana nanti ya kala datanya
Makin lengkap dan komprehensif puri,
Siapa yang bisa lawan ini program AI?
Lalu bagaimana dengan bidang lainnya
Di luar dua bidang seni milik pebakat ini?
Ya jangan ditanya lagi karena AI sudah
Merambah sejak dulu tidak tertandingi.
Apakah nanti bakalan tidak tersisa lagi
Bagi kita yang suka persepsi imajinasi?
Apa benar tidak ada yang tersisa lagi?
Jika apa yang dulu digambarkan dalam
Imaji para pencetus fiksi ilmiah jadi api
Maka yang apalagi yang bisa dinarasi.
Timbunan pengetahuan serta keahlian Â
Yang harus dipupuk bertahun jadi sirna.
AI sekali dibuatkan programnya, pasti
Seketika jadi ahli yang tak tertandingi.