Hosabi Kasidi 69 --Â Ditolak Tempat Asal
    Suatu ketika Tuhan datang ke tempat asalnya Nazaret. Dia disambut dengan gembira. Kabar bagaimana Tuhan mengajar dan membuat beragam mukjizat sudah lama didengar oleh mereka. Siapa yang tidak bangga jika salah seorang dari mereka, salah seorang yang berasal dari Nazaret membuat begitu banyak hal yang menakjubkan luar biasa. Singkat kata Tuhan disambut dengan gembira. Tuhan pun mengajar di rumah ibadat.  Â
'Ia datang ke Nazaret tempat Ia dibesarkan, dan menurut kebiasaan-Nya pada hari Sabat Ia masuk ke rumah ibadat, lalu berdiri hendak membaca dari Alkitab. Kepada-Nya diberikan kitab nabi Yesaya dan setelah dibuka-Nya, Ia menemukan nas, di mana ada tertulis: Â "Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang."'
'Kemudian Ia menutup kitab itu, memberikannya kembali kepada pejabat, lalu duduk; dan mata semua orang dalam rumah ibadat itu tertuju kepada-Nya. Lalu Ia memulai mengajar mereka, kata-Nya: "Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya."
Dan semua orang itu membenarkan Dia dan mereka heran akan kata-kata yang indah yang diucapkan-Nya, lalu kata mereka: "Bukankah Ia ini anak Yusuf?"'
    Ketika orang-orang Nazaret mulai mempertanyakan dirinya, meskipun pada awalnya mereka kagum, Tuhan merespon sebagai berikut:
'Maka berkatalah Ia kepada mereka: "Tentu kamu akan mengatakan pepatah ini kepada-Ku: Hai tabib, sembuhkanlah diri-Mu sendiri. Perbuatlah di sini juga, di tempat asal-Mu ini, segala yang kami dengar yang telah terjadi di Kapernaum!" Dan kata-Nya lagi: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya. Â Dan Aku berkata kepadamu, dan kata-Ku ini benar: Pada zaman Elia terdapat banyak perempuan janda di Israel ketika langit tertutup selama tiga tahun dan enam bulan dan ketika bahaya kelaparan yang hebat menimpa seluruh negeri. Tetapi Elia diutus bukan kepada salah seorang dari mereka, melainkan kepada seorang perempuan janda di Sarfat, di tanah Sidon. Dan pada zaman nabi Elisa banyak orang kusta di Israel dan tidak ada seorang pun dari mereka yang ditahirkan, selain dari pada Naaman, orang Siria itu."'
Tentu saja orang-orang mulai  geram dan marah mendengar ini. Bukankah ini sama dengan mengatakan bahwa orang-orang di Nazaret, orang-orang yang satu tempat asal dengan Tuhan, tidak cukup berharga untuk mendapatkan karunia mukjizat dari Tuhan? Bukankah ini menghina dan merendahkan namanya?
'Mendengar itu sangat marahlah semua orang yang di rumah ibadat itu. Â Mereka bangun, lalu menghalau Tuhan ke luar kota dan membawa Dia ke tebing gunung, tempat kota itu terletak, untuk melemparkan Dia dari tebing itu. Tetapi Ia berjalan lewat dari tengah-tengah mereka, lalu pergi.'
Begitu marahnya orang-orang di Nazaret sampai-sampai ingin membunuh Tuhan. Beruntunglah Tuhan berhasil meloloskan diri. Mungkin juga karena waktunya memang belum tiba maka Tuhan tidak celaka tetapi jelas sekali betapa orang banyak dapat kehilangan akal  sehat manakala gagal mendapatkan keinginan mereka atau merasa direndahkan. Seorang nabi memang dihormati di mana-mana tetapi tidak di rumahnya sendiri, kata Kasidi. (sda/tbs-21062024-hvk69-087853451949)