Hosabi Kasidi 66 -- Tetap Saja Mustahil
Pada akhirnya ya tetap saja mustahil. Mustahil untuk ditaati dengan setia, mustahil untuk dilaksanakan. Itulah sejatinya Sabda Tuhan, hampir semua Sabda Tuhan.
Sabda Tuhan duh Sabda Tuhan, terasa mudah tetapi sulitnya bukan kepalang, terasa sederhana tetapi rumitnya mencapai langit, terasa bersahaja tetapi mana ada yang bisa dilaksanakan. Pernyataan semacam ini sudah diulang berkali-kali oleh Kasidi, dan kali ini diulang kembali karena rasanya Kasidi, Homili, atau Hosabi yang sudah didunia-mayakan itu tetap saja perlu diulang karena realitanya makin banyak saja yang ngawur, sok tahu, dan bahkan bodoh. Lha bagaimana tidak, semua Sabda itu terang-terangan dilanggar dan tidak ditaati, terang-terangan diabaikan padahal bibir bergerak menyatakan percaya, terang-terangan dimanipulasi dan direkayasa seakan sudah ditaati pada hal sama sekali tidak.
Tidak percaya pada pernyataan Kasidi yang sudah berkali-kali diulang-ulang ini? Ayo diskusikan. Dikutipkan kembali salah satu bagian dari khotbah, homili, atau hosabi dari atas bukit yang sangat terkenal itu, dan simak satu persatu lalu lihat, betapa ternyata tak satu pun bisa dilaksanakan.
'Kamu telah mendengar firman: Mata ganti mata dan gigi ganti gigi. Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapa pun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu. Dan kepada orang yang hendak mengadukan engkau karena mengingini bajumu, serahkanlah juga jubahmu. Dan siapa pun yang memaksa engkau berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil. Berilah kepada orang yang meminta kepadamu dan janganlah menolak orang yang mau meminjam dari padamu.'
Ini adalah Sabda Tuhan yang pasti benar, abadi, mengikat, lintas konteks dan waktu, dan bahkan juga logis dan rasional, jadi ya tidak perlu diragukan lagi. Hanya saja siapa yang sudah pernah taat dan percaya dan melaksanakan yang disampaikan oleh Sabda Tuhan ini untuk; 'Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapa pun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu.'
Siapa coba angkat tangan? Kecuali orang itu benar-benar tidak berdaya barulah dia tidak melawan, barulah dia tidak mempunyai pilihan untuk menyerahkan pipi yang kiri jika ditampar yang kanan. Selama bisa melawan, apalagi memang lebih kuat dan berkuasa, tentu akan membalas dengan lebih keras lagi, bukan? Jadi ya Sabda ini tetap saja mustahil, kecuali ya itu tadi, tidak berdaya. Rupanya keadaan tidak berdaya ada bagusnya juga karena seseorang jadi taat pada Sabda Tuhan. Hehehe ... aneh, bukan?
Perintah berikutnya: 'kepada orang yang hendak mengadukan engkau karena mengingini bajumu, serahkanlah juga jubahmu'. Mana ada di antara kita yang mau melakukan ini, yang sukarela melakukan ini, kecuali ya itu tadi, dalam keadaan tidak berdaya. Jika keadaan normal dan berdaya adalah tidak mungkin menyerahkan baju begitu saja apalagi hendaknya diberikan jubahnya sekalian. Setiap orang dalam keadaan normal pasti akan mempertahankan hak miliknya jika akan diambil secara tidak pantas. Jadi ya Sabda ini tetap saja mustahil, kecuali ya itu tadi, tidak berdaya. Rupanya keadaan tidak berdaya ada bagusnya juga karena seseorang jadi taat pada Sabda Tuhan. Hehehe ... aneh, bukan?
Perintah berikutnya: 'siapa pun yang memaksa engkau berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil.' Mana ada yang mau melakukan ini? Lha untuk apa berjalan dua mil jika satu mil saja tidak akan dilakukan jika dengan terpaksa. Jadi ya Sabda ini tetap saja mustahil, kecuali ya itu tadi, tidak berdaya. Rupanya keadaan tidak berdaya ada bagusnya juga karena seseorang jadi taat pada Sabda Tuhan. Hehehe ... aneh, bukan?
Perintah berikutnya: 'Berilah kepada orang yang meminta kepadamu dan janganlah menolak orang yang mau meminjam dari padamu.' Satu atau dua kali memberi pada yang meminta itu ok, satu atau dua kali memberikan pinjaman itu ok, tetapi berulang kali dan setiap saat? Hehehe ... mana ada orang yang bisa begini? Menurut Kasidi ya tidak ada. Yang ada adalah yang sebaliknya. Jadi ya Sabda ini tetap saja mustahil, kecuali ya itu tadi, tidak berdaya. Rupanya keadaan tidak berdaya ada bagusnya juga karena seseorang jadi taat pada Sabda Tuhan. Hehehe ... aneh, bukan?
Bagaimana? Masih ada yang merasa bahwa dirinya bisa dan mampu melaksanakan Sabda Tuhan dengan taat dan setia? Tetap saja mustahil untuk ditaati dan dilaksanakan. Lalu harus bagaimana? Justru harus bagaimana inilah yang harus dijawab sendiri oleh setiap orang yang percaya. Kasidi hanya mengingatkan, sekedar percaya saja sama sekali tidak memadai. Diperlukan sikap yang total percaya, sikap yang percaya total.
Sebagai catatan tambahan perlu dikutipkan beberapa Sabda Tuhan tentang hal yang ‘mustahil’ untuk menunjukkan bahwa judul dan catatan ini selaras dan sejalan dengan Sabda Tuhan tersebut. Ide ini ditambahkan oleh Kasidi berkaitan komentar yang diberikan oleh orang yang terbiasa ngawur, sok tahu dan bodoh untuk menunjukkan bahkan dari orang yang paling ngawur, sok tahu dan bodoh sekalipun, banyak pelajaran dapat dipetik
Tidak ada yang mustahil bagi Allah, jika Allah berkehendak. Jika tidak berkehendak? Ya mustahil terjadi. Tidak ada yang mustahil bagi yang percaya. Kalau tidak percaya? Ya mustahillah ...
Bagaimana mulai mengerti ya? Kalau sudah dijelaskan begini masih tidak paham, yah bgm lagi? Dungunya terlalu dalam mungkin ... ini baru mungkin lho, jadi ya jangan naik darah. Yang tahu pikiran Allah rasanya cuma Tuhan, PutraNya, yang tahu pikiran Tuhan rasanya hanya yang memahami Sabda Tuhan, yang memahami Sabda Tuhan rasanya hanya yang sederhana dan bersahaja, yang sederhana dan bersahaja rasanya hanya yang jujur, lurus, dan cerdas.
"Katamu: jika Engkau dapat? Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya!" Ini Sabda Tuhan jadi ya pasti benar. Masalahnya nyaris tidak ada yang benar-benar percaya. Yang banyak adalah yang hanya merasa percaya dengan bibir.
‘Tuhan memandang mereka dan berkata: "Bagi manusia hal ini tidak mungkin, tetapi bagi Allah segala sesuatu mungkin."’ Sabda Tuhan ini menunjukkan bahwa tidak ada yang tidak mungkin, tidak ada yang mustahil bagi Allah, bagi Bapa, jika Dia berkehendak. Lha kalau tidak berkehendak? Ya mustahillah terjadi, kata Kasidi.
Seorang penulis mencatat yang berikut: ‘Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil.’ Tentu saja catatan ini benar adanya. Memang tidak ada yang mustahil jika Allah berkehendak. Hal ini tidak perlu diragukan lagi tetapi adalah juga tidak perlu diragukan jika Allah tidak berkehendak maka tidak ada yang akan terjadi, maka mustahil sesuatu itu terjadi.
Berikutnya akan dikutip pernyataan seorang nabi besar dalam kitab yang lain. Nabi besar ini berkata bahwa: "Sesungguhnya, Akulah TUHAN, Allah segala makhluk; adakah sesuatu apa pun yang mustahil untuk-Ku?”’
Tentu saja catatan nabi ini benar adanya. Tidak ada yang mustahil bagi Allah jika Dia itu mau dan berkehendak.
(sda/tbs-18062024-hvk66-087853451949)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H