Hosabi Kasidi 65 -- Berjudi dan Bertaruh
Judi kok mau dilarang, apa bisa? Pertanyaan retorik seperti ini sering ditanyakan dan jawabnya semua sudah tahu. Bisa jika semua orang sepakat dan bertekad untuk tidak berjudi, untuk tidak bertaruh, tetapi jika  ada sekelompok kecil saja orang tetap nekad mau bertaruh dan berjudi maka jangankan hanya negara seluruh iblis dan setan bersatu pun pasti sulit menghalangi apalagi menghentikan orang yang nekad ingin bertaruh dan berjudi. Apakah mungkin karena alasan inilah mengapa Tuhan tidak pernah mengeluarkan Sabda yang melarang seseorang untuk bertaruh dan berjudi? Kasidi tidak tahu persis tetapi Kasidi sangat yakin bahwa Tuhan tahu persis tentang pertaruhan dan perjudian, tahu persis dampak jeleknya, dan tahu persis juga bahwa di masa depan nanti akan ada yang namanya judi on-line segala. Meskipun demikian jelas sekali Tuhan tidak pernah menurunkan Sabda khusus tentang judi dan taruhan atau bisa saja larangan untuk judi sudah disisipkan Tuhan pada perintah dan larangan yang lain.
Perjudian dan taruhan sudah ada sejak dulu, jauh sebelum kedatangan Tuhan. Nabi Yesaya bahkan pernah menulis tentang bertaruh: 'Maka sekarang, baiklah bertaruh dengan tuanku, raja Asyur: Aku akan memberikan dua ribu ekor kuda kepadamu, jika engkau sanggup memberikan dari pihakmu orang-orang yang mengendarainya.'
Begitulah nabi Yesaya menulis yang juga dicatat di kitab Raja-raja. Sedangkan cerita yang jauh lebih tua yang berkaitan dengan perjudian yang nanti menyebabkan terjadinya perang Bharata di Kuru Setra, terbaca sebagai berikut seperti yang dimuat di sebuah web.
'Harta, istana, kerajaan, prajurit, dan saudara Yudistira akhirnya menjadi milik Duryodana. Yudistira yang tidak memiliki apa-apa lagi, nekat mempertaruhkan dirinya sendiri. Sekali lagi ia kalah sehingga dirinya harus menjadi milik Duryodana. Sangkuni yang berlidah tajam membujuk Yudistira untuk mempertaruhkan Dropadi. Karena termakan rayuan Sangkuni, Yudistira mempertaruhkan istrinya, yaitu Dewi Dropadi. Banyak yang tidak setuju dengan tindakan Yudistira, tetapi mereka semua membisu karena hak ada pada Yudistira. Dropadi yang menolak untuk datang, diseret oleh Dursasana yang tidak memiliki rasa kemanusiaan. Dropadi menangis dan menjerit-jerit karena rambutnya ditarik sampai ke arena judi, tempat suami dan para iparnya berkumpul. Dengan menangis terisak-isak, Dropadi berkata, "Sungguh saya tidak mengira kalau di Hastina kini telah kehilangan banyak orang bijak. Buktinya, di antara sekian banyak orang, tidak ada seorang pun yang melarang tindakan Dursasana yang asusila tersebut, ataukah, memang semua orang di Hastina kini telah seperti Dursasana?", ujar Dropadi kepada semua orang yang hadir di balairung. Para orang tua yang mendengar perkataan Dropadi tersebut tersayat hatinya, karena tersinggung dan malu.'
'Wikarna, salah satu Korawa yang masih memiliki belas kasihan kepada Dropadi, berkata, "Tuan-Tuan sekalian yang saya hormati! Karena di antara Tuan-Tuan tidak ada yang menanggapi peristiwa ini, maka perkenankanlah saya mengutarakan isi hati saya. Pertama, saya tahu bahwa Prabu Yudistira kalah bermain dadu karena terkena tipu muslihat paman Sangkuni! Kedua, karena Prabu Yudistira kalah mempertaruhkan Dewi Dropadi, maka ia telah kehilangan kebebasannya. Maka dari itu, taruhan Sang Prabu yang berupa Dewi Dropadi tidak sah!"'
'Para hadirin yang mendengar perkataan Wikarna merasa lega hatinya. Namun, Karna tidak setuju dengan Wikarna. Karna berkata, "Hei Wikarna! Sungguh keterlaluan kau ini. Di ruangan ini banyak orang-orang yang lebih tua daripada kau! Baliau semuanya tentu tidak lebih bodoh daripada kau! Jika memang tidak sah, tentu mereka melarang. Mengapa kau berani memberi pelajaran kepada dia semua? Lagipula, mungkin memang nasib Dropadi seperti ini karena kutukan Dewa. cobalah bayangkan, pernahkah kau melihat wanita bersuami sampai lima orang?"
Memang nanti semua harta termasuk kerajaan dan istrinya dikembalikan pada Yudistira tetapi tetap saja dia dan Pandawa harus menghilang selama dua belas tahun dan ditambah setahun lagi dalam penyamaran yang jika diketahui maka hukuman dua belas tahun harus diulang. Sementara itu di pihak lain bibit perang Bharata sudah terbentuk dan perang pun sulit dihindarkan.
Itulah akibat jelek perjudian dan pertaruhan tetapi tetap saja pertanyaan yang di kalimat pertama tadi: 'Judi kok mau dilarang, apa bisa?' tetap menggantung di udara di tengah-tengah terbentuknya Satgas Pemberantasan Judi On-line 2024.Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H