Essi nomor 404 Â Â Aku Bukan Bajingan
Tri Budhi Sastrio
Entah bagaimana ceritanya, ini kata bajingan,
Melesat tinggi dan berdansa di langit berawan.
Sejak dulu kata bajingan sudah ada memang,
Mulai dari makna yang baik, agung dan elegan,
Jauh sebelum era Sultan Agung dan kerajaan,
Bajingan adalah singkatan sarat inti harapan
Bagusing jiwo, angen-angen ning pangeran.
Meskipun pekerjaan sopir gerobak rendahan
Tapi jiwa baik rendah hati, pikiran dari Tuhan
Eling karo pangeran eling karo sembahyang,
Selalu ingat Sang Maha dan rajin sembahyang.
Itulah bajingan di era kerajaan dan kesultanan.
Kemudian juga ada kisah tentang mbah Jingan
Sopir gerobak pengangkut hasil sawah ladang.
Sering ditunggu orang, ingin nunut bepergian.
Jika mbah Jingan telat atau terlambat datang,
Banyak orang kesal menggerutu endi bajingan
Mana sih mbah Jingan ini, kita telat sekarang.
Begitulah  mbah jingan menjadi lema bajingan.
Kata ini pun menyeruak bergabung kemudian
Dalam lema bahasa Indonesia dengan turunan
Makna bajingan masa kini, masa kemerdekaan.
Kemudian yah dasar nasib, begal copet garong,
Penipu, pendusta, menyatu pada kulit bajingan.
Lalu bahkan kepala negara kena getah si bajing
Ditambah dengan tolol pengecut, semua geram
Lho, pada ke mana budaya budi luhur bangsa?
Sepertinya belum puas dengan laknat kutukan
Kata bajingan terus dilanjut penyair amatiran,
Negeri para bajingan muncul, dibalas dengan
Para imigran bajingan, dilanjut lagi keturunan
Bajingan, disambung kalianlah yang bajingan,
Kata bajingan pun di antero negeri bersahutan.
Kasidi yang ndeso akhirnya ikutan tidak tahan Â
Lalu dengan bibir gemetar luncur lirik amatiran
Diawali dengan kesalnya hati dalam pernyataan
Aku ini bukan bajingan, negaraku juga bukan.
RI bukan negara bajingan, ini negara elegan.
Rakyatnya pun bukan bajingan semua santan,
Eh, maksudku santun, sopan, bukan bajingan.
Lidah Kasidi slip, memang begitu jika tegang.
Presiden bukan bajingan, kepala negara bukan
Menteri tidak ada yang bajingan, kecuali yang
Terlanjur ketangkap tangan karena ya ketahuan
Menjadi maling dan tertangkap kaki dan tangan.
Para sastrawan tidak ada yang jahat, bajingan.
Para mahasiswa dosen tidak ada yang bajingan,
Pokoknya tidak ada yang bajingan di negara ini
Kecuali ya itu tadi, yang kepergok dan ketahuan.
Ayo segera diralat, jangan negeri para bajingan
Jadikan saja negeri elegan, bahkan jika memang
Ada bajingan, bajingannya ya bajingan elegan.
Begitulah jika amarah kalah dengan kenyataan;
Kata habis frasa hilang kalimat terbang ke awan.
Â
Yang penting, tak benar ini negeri para bajingan.
Ini negeri elegan yang kebetulan punya bajingan.
Aku ini bukan bajingan dan negaraku juga bukan.
(Essi nomor 404 -- tbs/sda/19082023)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H