Kasidi no. 609Â Â Â Homili ala Kasidi -- Batu Sandungan
Tuhan pernah diberi label batu sandungan oleh sebagian orang. Tuhan juga pernah menghardik seseorang dengan hardikan batu sandungan. Tuhan juga pernah berusaha dan kemudian memutuskan untuk tidak menjadi batu sandungan. Singkat kata Tuhan pernah memerankan tiga hal ini yaitu (1) menjadi batu sandungan, (2) mengatai orang sebagai batu sandungan, dan (3) memberi teladan agar tidak menjadi batu sandungan.
Apa sebenarnya batu sandungan itu? Secara harafiah batu sandungan dapat dijelaskan seperti berikut.
Yang pertama batu sandungan itu tentulah batu yang tidak terlalu besar juga tidak terlalu kecil yang dapat membuat orang tersandung dan kemudian terjatuh. Batu yang sangat besar tidak mungkin membuat orang tersandung, begitu juga dengan batu yang terlalu kecil.
Yang kedua batu sandungan harus tidak disadari atau tidak terlihat keberadaannya sehingga orang bisa tersandung dan jatuh. Kalau terlihat dan disadari maka batu sandungan tidak dapat membuat orang tersandung dan jatuh. Orang dapat menghindar.
Itulah sebabnya mengapa batu sandungan tidak bagus bagi orang yang penglihatannya normal jika dia tidak melihatnya, dan sangat tidak bagus bagi orang buta, apalagi jika ada orang yang dengan sengaja meletakkan batu di jalan yang akan dilalui oleh si buta dengan niatan tidak baik. Si buta pasti tersandung dan kemungkinan besar akan jatuh.
Itulah batu sandungan secara harafiah. Lalu bagaimana dengan makna batu sandungan secara metaforik atau figuratif? Apakah juga akan membuat seseorang tersandung dan terjatuh? Tampaknya iya hanya saja makna yang paling tepat mungkin jika dimaknai sebagai penghambat atau penghalang.
Kembali ke Tuhan sebagai batu sandungan. Ajaran dan perintah Tuhan yang tegak lurus dan tegas, menyuarakan kebenaran dan keilahian, menyampaikan kesetiaan dan ketaatan, menyiratkan otoritas dan kekuasaan abadi, di samping juga kemurahan dan kerendahan hati, dianggap sebagai batu sandungan, dianggap sebagai penghalang bagi sekelompok orang. Lalu apa reaksi Tuhan terhadap anggapan ini? Tuhan tetap tegak lurus dengan sikap dan misi yang diembanNya, Tuhan bergeming semili pun.
Jadi jika kebenaran yang harus disuarakan label batu sandungan boleh disandang dan kemudian diabaikan. Kebenaran tetap harus disuarakan. Itulah teladan dari Tuhan. Simak dialog berikut ini.
Suatu ketika para murid memberi tahu Tuhan bahwa: "Engkau tahu bahwa perkataan-Mu itu telah menjadi batu sandungan bagi orang-orang Farisi?" Lalu apa jawab Tuhan? Tegas dan langsung ke inti persoalan plus tambahan konskewensi bagi para pemberi label. "Setiap tanaman yang tidak ditanam oleh Bapa-Ku yang di sorga akan dicabut dengan akar-akarnya. Biarkanlah mereka itu. Mereka orang buta yang menuntun orang buta. Jika orang buta menuntun orang buta, pasti keduanya jatuh ke dalam lobang."