Mohon tunggu...
Tri Budhi Sastrio
Tri Budhi Sastrio Mohon Tunggu... Administrasi - Scriptores ad Deum glorificamus

SENANTIASA CUMA-CUMA LAKSANA KARUNIA BAPA

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kasidi Nomor 606: Imlek dan Buah

15 Februari 2022   05:55 Diperbarui: 15 Februari 2022   06:16 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah lama merenung dan berpikir, Dewa Hujan sampai pada kesimpulan. Aku ini Dewa Hujan, tidak boleh aku dipermalukan oleh peramal tua. Aku harus melakukan sesuatu.

Sesuatu yang selama ini memang tidak pernah dilakukan karena tahu persis apa yang akan terjadi jika perintah dari langit, perintah dari Tuhan Allah dilanggar. Dia pasti akan dihukum penggal tetapi harga dirinya tidak boleh jatuh di depan si peramal. Dia akan mengubah sedikit perintah itu. Hujan tidak akan diturunkan tepat tengah hari dan juga bukan hujan lebat. Si peramal cukup sedikit salah dan dia boleh lega karena apa yang kemarin dikatakannya di depan orang banyak ternyata benar. Dia benar, si peramal salah.

Akhir dari cerita ini jelas sekali, Dewa Hujan dihukum penggal. Algojonya adalah sang kaisar yang berkuasa waktu itu. Usaha terakhir Dewa Hujan untuk membatalkan hukuman penggal dengan membuat sang kaisar sebagai algojo gagal melaksanakan tugasnya adalah dengan meminta sahabatnya, panglima perang kerajaan, mengajak bermain catur, sehingga lupa melaksanakan tugas, ternyata juga gagal. Panglima Perang yang berhasil mengajak kaisar bermain catur sampai tertidur, merasa telah berhasil membantu temannya si Dewa Hujan. Tidak tahunya dengan tidur itulah roh kaisar bisa ke langit untuk melaksanakan tugas. Dewa Hujan dipenggal tepat waktu sesuai dengan Perintah Langit.

Dewa Hujan yang marah, menuntut pada sang panglima untuk  mengembalikan kepalanya. Katanya sudah berhasil menahan sang algojo, buktinya kaisar datang tepat waktu dan memenggal kepalanya. Si panglima yang takut, menceritakan kisahnya pada sang kaisar. Untuk membantu meredakan kemarahan Dewa Hujan, kaisar mengeluarkan maklumat agar setiap Imlek buah semangka harus dipersembahkan dalam sembahyangan sebagai persembahan bagi Dewa Hujan yang kehilangan kepalanya. Begitulah, buah semangka hadir dalam upacara sembayangan Imlek.

Lalu bagaimana dengan buah lainnya, seperti apel, jeruk, buah pear, jambu dan masih banyak lagi, dan juga pisang umpamanya? Semua tentu ada ceritanya dan semua cerita tentu menarik untuk diungkapkan, dan kalau belum ada maka tugas para peneliti dan penulis untuk mengungkapkan dan menuliskannya.

Tengok saja buah pisang modern seperti Sunpride yang dalam banyak iklannya selalu mengatakan merk dan buah pilihan yang tepercaya karena sebagai satu-satunya pemegang sertifikat GAP agar dapat dimasukkan ke dalam perayaan imlek dengan segala macam cerita dan kisah sebagai legitimasinya. Pisang mungkin sudah sejak dulu ada dan menjadi bagian dari perayaan imlek tetapi bagaimana dengan pisang modern seperti Sunpride? Bagaimana memasukkan buah yang konon tepercaya  karena punya sertifikat GAP ini?

Perlu riset, perlu penelitian, perlu biaya, perlu orang yang mau melakukannya, dan perlu penyandang dana, agar diperoleh hasil yang secara budaya dan cerita dapat diterima dan menjadi pas serta cocok. Jadi inilah tantangan berikutnya dari Kasidi untuk Sunpride, untuk para pemegang saham dan pemiliknya. Hahaha ... bagaimana? (Kasidi nomor 606 --tbs087853451949-sda15022022)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun