Essi 237 -- Yah ... KPK ...
Tri Budhi Sastrio
Komisi yang satu ini memang dibentuk untuk
   terus heboh dan gempar.
Tangkap koruptor kelas teri dan kecoa saja,
   beritanya cepat menyebar,
Apalagi kalau yang ditangkap naik tingkatannya,
   media dalam dan luar
Pasti berebut memberitakan, acungan jempol
   dan pujian naik terlontar.
kemudian ketika tangkapan naik kelas, sekarang
   tikus, kecil atau besar,
Beritanya jelas jauh lebih hebat, dahsyat dan
   gemparnya menyebar liar.
Yah ... namanya saja koruptor kelas tikus, berontak
   dan berputar-putar
Sudah jelas dilakukan supaya dari jaring maut KPK,
   lepas dan terhindar.
Langkah tikus jelas bermacam-macam, semuanya
   bisa di atas standar,
Mulai dari menyewa pengacara handal bertarif
   mahal, ahli menghindar,
Jagoan berkata melingkar-lingkar, pokoknya
   berpihak pada yang bayar,
Sampai ke tukang sulap, dukun santet, ahli
   spiritual, paranormal, agar
Bisa bebas dari tuduhan karena penyidiknya
   linglung seperti kelelawar
Disorot sinar terang, tidak tahu ke mana harus
   terbang, bingung nanar.
Kalau yang tertangkap naik lagi kelasnya, dari tikus
   jadi musang pintar,
Perlawanan yang jauh lebih dahsyat dan hebat
   jelas pasti akan ke luar.
Sekarang tak hanya semua yang telah disebut
   di depan yang diumbar,
Banyak senjata rahasia andalan, termasuk sisa
   kuasa dan ikatan ikrar,
Pasti dipertaruhkan habis-habisan, kalau perlu
   buat penyidiknya gentar.
Kalau yang menyidik gentar, kan peluang untuk
   bebas semakin besar.
Jika naik lagi, musang pintar ke serigala, ya tak
   hanya heboh gempar,
Seluruh langit pasti guncang dan bergetar,
   ini serigala kuat dan pintar,
Tak hanya hidup berkawanan dan jago keroyokan,
   tetapi benar-benar
Punya strategi serangan ... punya kelebihan
   menunggu dengan sabar,
Jika tidak yakin serangan tepat sasaran. tidak
   akan sembarang ke luar.
Yang lebih berbahaya itu gaya pojokkan buruan,
   siapa tak akan gentar,
Jika banyak rahasia digali duluan, kemudian
   digunakan bak mercu suar
Menuntun arah tujuan serangan agar tepat
   sasaran, benar-benar pintar,
Kejam, tidak kenal belas kasihan, yang penting
   lawan koyak lebar-lebar.
Nah, inilah realita yang dihadapi KPK saat ini,
   bukan tikus bukan kecoa,
Bukan musang dan sejenisnya, tetapi sudah
   serigala dan kawanannya.
Cerdik, pintar, punya dana dan kuasa, serta
   sanggup lakukan apa saja,
Guna pojokkan lawan agar tak berdaya dan
   hebatnya ini jarang terasa.
Yang jauh lebih dahsyat dari tidak terasa
   apa-apa, ini kawanan serigala
Bisa muncul kapan saja dan dari mana-mana,
   mulanya terasa tidak ada
Karena memang hanya satu yang tampak di
   depan mata, tetapi tiba-tiba
Tahu-tahu mereka semua sudah ada mengelilingi
   mangsa dan buruannya.
Yah ... terlambat sudah ... tinggal menunggu
   bagaimana taring tajamnya
Mengoyak habis mangsa tidak berdaya, terpojok
   sendirian di sudut sana.
Mulai dari seleksi pimpinan, KPK yang sekarang
   sendirian di pojok sana,
Rasanya sudah berhadapan kawanan serigala,
   karena ada bukti wacana
Sebaiknya komisi dibubarkan saja, habis calon
   pimpinan tak layak semua.
Merasa belum waktunya ... serangan maut ditunda,
   pimpinan muncul juga.
Kawanan serigala kemudian diam dan sepertinya
   tak melakukan apa-apa,
Bahkan dari jauh mereka tampak seperti
   para dewa sedang tersenyum ria.
Ada yang tebar pesona, ada yang puli-puji
   cara kerja KPK, cuma anehnya
Itu lho ... yang namanya korupsi kok ya terus
   saja dimainkan oleh mereka?
Rupanya mereka tetap saja serigala, memang
   senyum seperti para dewa,
Tapi perilaku jahat durjana dibungkus strategi
   culas tapi dahsyat tak terkira
Terus saja dipintal tanpa jeda, makin lama
   makin kuat dan hebat jeratnya.
Jika sarana prasarana tidak ada tambahannya,
   memangnya kalian bisa,
Begitu kira-kira cetak biru taktik kawanan serigala
   guna pastikan mangsa
Benar-benar terpojok tak berdaya tetapi tidak
   merasa kalau itu kondisinya.
Sialnya lagi, mangsa gemuk yang dagingnya
   lezat ini, banyak peminatnya.
Kawanan serigala lain datang menghampiri,
   gunakan taktik maut berbeda.
Kalau tidak ikut dalam ini pesta, eh ... jangan-jangan
   kami jadi korbannya,
Itu alasan kelompok kedua yang kekuatannya
   tidak di bawah yang pertama.
Lho, kok korbannya, memangnya kami ancaman
   jika kalian lurus-lurus saja?
Nah, itulah masalahnya, keinginan sih lurus,
   tetapi ini lho ... para anggota,
Bukankah jelas tidak cukup kalau hanya
   mengandalkan gaji resminya saja,
Jadi kalau berani mengerjai kami, yah ... maaf saja
   jika kami membalasnya.
Untuk kawanan serigala pertama KPK itu hampir
   kewalahan menangkisnya,
Ditambah kawanan yang kedua, yang jelas jauh
   lebih dahsyat kekuatannya, Â
Yah, limbung, pening, pusing, sakit kepala,
   pokoknya hampir semua gejala
Tidak enak badan termasuk meriang dan demam
   mulai muncul menggelora.
Tekad memang masih membaja untuk terus maju
   dengan lurus dan terbuka
Tetapi kalau kaki mulai diikat dan dijerat tali lalu
   bagaimana melangkahnya?
Pimpinan memang masih tetap lima dan kokoh
   laksana karang di samudera.
Hempasan dahsyat gelombang samudera tidak
   menggeser karang perkasa,
Ini pertahanannya, tetap kokoh karena konstitusi
   menjaminnya, hanya saja
Kalau serangannya jadi tidak ada, hanya melulu
   bertahan saja, apa guna?
Bertahan pasti penting, tapi komisi ini kan tidak
   hanya untuk bertahan saja,
Harus balas menyerang, kalau tidak kapan
   tuh kecoa, tikus, musang, serta
Serigala dapat dibasmi dimasukkan ke penjara
   kalau hanya bertahan saja?
Manakala tangan kaki telah terikat semua pada
   akhirnya, karena serigala
Ternyata muncul dari mana-mana, di semua lini
   tampaknya terusik semua,
Sekarang pada keluar tunjukkan taring dan
   geramannya, ya ini berbahaya.
Mangsa gemuk sendirian saja, kaki tangan tampak
  telah diikat tak berdaya,
Melangkah ke sana tak bisa, ingin ke sini tak ada
   jalannya, lalu bagaimana?
Tenang saja ... kan masih ada panglima bijaksana
   yang membawa senjata,
Kalau beliaunya mau turun tangan menembak
   tuh kepala kawanan serigala,
Bukankah kawanan lainnya akan lari serabutan
   takut mendengar bunyinya?
Aha ... benar juga ... hanya saja, panglima kita ini
   sering diam tak bersuara,
Berlama-lama, juga punya hobi tidak melakukan
   apa-apa, jadi bagaimana?
Diam memang ada bagusnya, tetapi kalau keadaan
   genting eh diam saja,
Kan kami juga yang babak belur melaksanakan
   tugas dan amanat negara.
Belum lagi kalau diamnya benar berlama-lama,
   seperti tidak ada akhirnya,
Kami sudah hampir bangkrut dan gulung tikar,
   ternyata revisi PP 63/2005
Masih tetap berada di awang-awang bersama
   dengan si panglima negara
Yang mungkin sedang bermimpi atau melamun
   semuanya telah sejahtera.
Yah ... bagaimana ini bunda pertiwi, ke mana
   kami harus mengadukannya?
Rakyat memang akan serentak membela ... jika
   kami sampai memintanya,
Tetapi ini kan sama saja dengan melawan
   panglima, yah ... kami KPK ...
Berani, jujur, lurus, terbuka serta semua
   langkahnya setia pada uu negara.
Nyiur melambai di tepian pantai, bulat harmoni
   naungi laut serta samudera.
Pekerjaan banyak yang belum selesai, tekad kami
   maju taut pantang jeda.
Essi nomor 237 -- POZ06122012 -- 087853451949
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H