Mohon tunggu...
Tri Budhi Sastrio
Tri Budhi Sastrio Mohon Tunggu... Administrasi - Scriptores ad Deum glorificamus

SENANTIASA CUMA-CUMA LAKSANA KARUNIA BAPA

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Essi Nomor 197: Menegakkan Hukum pada Diri Sendiri

19 April 2021   07:38 Diperbarui: 19 April 2021   07:46 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Essi 197 -- Menegakkan Hukum Pada Diri Sendiri
Tri Budhi Sastrio

Semua heran tidak percaya ... apa? ... saudara
     minta ditahan hari ini juga?
Yang ditanya sambil tersenyum mengangguk dan ...
     lho apa yang luar biasa?
Ingat ya saya ini berbintang dua dan penegak hukum
     bhayangkara negara,
Jadi saya tahu persis apa yang telah terjadi dan
     tindakan yang seharusnya
Tahan saya guna tuntaskan perkara dan bikin terang
     semua sisi gelapnya.
Lima komisioner KPK dan satu juru bicara memandang
     tajam berlama-lama.
Tentu saja tidak salah pendengaran mereka ...
     sampai dua kali diulangnya.
Tahan saya sekarang juga dan silahkan para
     penyidik KPK segera periksa,
Ada banyak pengakuan dari saya yang harus
     segera diambil tindak lanjutnya.
Tetapi ... ya ... ya ... ya ... saya paham ... kan
     selama ini naga-naganya
Saya selalu menghindar, tidak mau bekerja sama,
     bahkan pengacara saya
Terus mengumbar cerita bahwa KPK tak punya
     dasar hukum tetapkan beta
Sebagai tersangka utama korupsi simulator yang
     puluhan milyaran jumlahnya.
Itu biasa saja, kan memang begitu cara kerja para
     advokat dan pengacara
Selalu teriakkan hal-hal yang meringankan jauh
     menembus langit antariksa,
Sedangkan hal-hal yang memberatkan terdakwa
     disimpan di saku celana
Dengan harapan siapa tahu tidak ada yang
     menyadarinya ... yah naf juga,
Tetapi itulah faktanya dan sekarang saya sudah
     instruksikan pada mereka,
Cukup sudah pembelaan setengah dusta, tiba
     masanya ungkapkan semua.
Tanpa dusta, tanpa rekayasa ...saya akan beri
     contoh pada semua kolega
Tiba masanya menegakkan hukum pada diri sendiri
     sebagai langkah mulia,
Baru setelahnya mencoba menerapkannya pada
     siapa saja pelanggarnya.

Memang masih terperangah tetapi akhirnya
     lima pandawa satu jurubicara
Angguk-angguk kepala tanda mulai paham dan percaya
     niat si bintang dua.
Oke ... memang ini sebenarnya sudah menjadi rencana,
     kata sang ketua,
Tetapi benar-benar tidak terduga eh ... anda yang
     berani ambil prakarsa.
Boleh tahu latar belakang rahasianya, karena terus
     terang saja ini pertama.
Ya ... baru yang pertama ada tersangka minta
     dengan segera ditahan saja.
Si bhayangkara negara walau tampak berat
     menyangga dua bintang kejora,
Tetapi senyumnya lepas bebas laksana hamparan
     langit biru di cakrawala.
Panjang ceritanya, tetapi paling tidak ada dua,
     yang pertama untuk capa,
Tentu saja dari saya, dan yang kedua dari si bungsu,
     dan itu untuk saya.

Kening kembali berkerut, untuk capa, untuk
     calon perwira ... ah tentu saja.
Lalu yang kedua dari si bungsu, apakah ini putri
     atau putra dan apa katanya?
Tidak keberatan kan kalau saya sedikit bercerita ...
     biarkan saja pengacara
Menunggu di luar sana dan bertanya-tanya ...
     suasana cair seperti mentega,
Semuanya lega ... semuanya bisa tertawa ...
     siapa sangka sang bintang dua
Terkuak juga kesadaran sukma jiwa bahwa dia
     adalah bhayangkara negara
Yang tugas utamanya adalah menegakkan semua
     norma etika tanpa dusta.

Lalu meluncurlah kisah dan cerita bagaimana dia
     di depan para calon perwira
Pompakan semangat berbakti pada bangsa dan negara,
     cinta pada sesama,
Dan tentu saja lurus tanpa dusta, karena dusta
     adalah awal segala angkara.
Korupsi uang negara diawali oleh dusta, nah calon
     perwira pantang berdusta.
Ini yang pertama, kalau pada mereka saya pompakan
     tekad untuk tidak dusta,
Lalu bagaimana bisa sebagai andhika bhayangkara
     saya lakukan sebaliknya?
Sayangnya kesadaran yang melintas di langit malam
     bak bintang terangnya
Memang agak terlambat datangnya, tetapi apa
     mau dikata, inilah realitanya.
Seorang mahasiswa calon perwira mengirim sms
     membesarkan hati saya,
Sambil tak lupa bertanya, apakah jenderal masih
     ingat tugas kuliah perdana,
Mengapa email belum dibalas, kan makalah revisi
     dikirim malam sebelumnya.
Saya yang sedang gundah entah mengapa tergugah,
     buka email ... membaca.
Yah ... makalah mahasiswa biasa saja tetapi
     judulnya menghentak hati saya.
Manakala Dusta Tidak Dianggap Peristiwa Pidana,
     Apa Konskekwensinya?
Sialan, maki saya ketika membaca judul, rasanya
     langsung menyindir saya,
Dan juga kurang ajar, berani-beraninya menulis
     makalah dengan judul gila
Ketika saya sedang tersandung satu perkara
     tetapi setelah tuntas dibaca
Yah, ternyata sama sekali tidak menyindir saya,
     paling tidak itulah kesannya,
Karena argumennya merupakan perluasan
     argumen inti isi kuliah perdana.

Semua terdiam tak ada bicara, ah, bagaimana bisa
     makalah mahasiswa
Tiba-tiba saja menjadi pemicu langkah luar biasa
     yang baru pertama ada?
Tetapi nyatanya ... sang bintang dua baru saja
     melakukan di depan mereka.
Praktek dusta mungkin saja amat sulit dijerat
     sebagai pelanggaran pidana,
Kecuali melakukan sumpah palsu di dalam siding
     pengadilan, umpamanya,
Tetapi konsekwensinya memang sangat dahsyat
     karena banyak contohnya.
Yah ... seandainya tiba-tiba saja semua orang
     menghentikan praktek dusta,
Pasti pekerjaan KPK akan cepat tuntas sebentar
     saja, sehingga ini lembaga
Dapat dengan segera dibubarkan karena tak lagi
     diperlukan keberadaannya.
Tetapi faktanya jauh berbeda, bahkan yang
     jelas-jelas amat lengkap buktinya,
Eh ... berkelitnya masih melintas awan dan
     mega-mega, tanpa malu rasanya.
Lalu bagaimana yang kedua, yang hadir masih
     menunggu lanjutan ceritanya.

Sang jenderal yang sekarang bertekad hentikan
     semua bohong dan dusta,
Cukup lama juga terdiamnya, tetapi senyum
     di bibirnya pertanda gembira.
Yang lain ikut lega, rasanya kasus simulator
     di sarang aligator purna juga.
Tetapi mereka semua tetap saja ingin mendengar
     cerita yang nomer dua.
Apakah sama aneh dan luar biasanya dengan
     cerita makalah mahasiswa,
Sampai-sampai membuat seorang jenderal
     bintang dua berubah gayanya?
Tetapi sayang, sang pemilik dua bintang kejora
     putuskan tak lanjutkan cerita.
Biar dia saja yang nanti cerita semuanya, sekarang,
     ayo mulai saja prosesnya.

Yah ... memang masih ada rahasia, tetapi kasus
     dan perkara terbuka pintunya.  
 
Essi nomor 197 -- SDA26082012 -- 087853451949

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun