Essi 197 -- Menegakkan Hukum Pada Diri Sendiri
Tri Budhi Sastrio
Semua heran tidak percaya ... apa? ... saudara
   minta ditahan hari ini juga?
Yang ditanya sambil tersenyum mengangguk dan ...
   lho apa yang luar biasa?
Ingat ya saya ini berbintang dua dan penegak hukum
   bhayangkara negara,
Jadi saya tahu persis apa yang telah terjadi dan
   tindakan yang seharusnya
Tahan saya guna tuntaskan perkara dan bikin terang
   semua sisi gelapnya.
Lima komisioner KPK dan satu juru bicara memandang
   tajam berlama-lama.
Tentu saja tidak salah pendengaran mereka ...
   sampai dua kali diulangnya.
Tahan saya sekarang juga dan silahkan para
   penyidik KPK segera periksa,
Ada banyak pengakuan dari saya yang harus
   segera diambil tindak lanjutnya.
Tetapi ... ya ... ya ... ya ... saya paham ... kan
   selama ini naga-naganya
Saya selalu menghindar, tidak mau bekerja sama,
   bahkan pengacara saya
Terus mengumbar cerita bahwa KPK tak punya
   dasar hukum tetapkan beta
Sebagai tersangka utama korupsi simulator yang
   puluhan milyaran jumlahnya.
Itu biasa saja, kan memang begitu cara kerja para
   advokat dan pengacara
Selalu teriakkan hal-hal yang meringankan jauh
   menembus langit antariksa,
Sedangkan hal-hal yang memberatkan terdakwa
   disimpan di saku celana
Dengan harapan siapa tahu tidak ada yang
   menyadarinya ... yah naf juga,
Tetapi itulah faktanya dan sekarang saya sudah
   instruksikan pada mereka,
Cukup sudah pembelaan setengah dusta, tiba
   masanya ungkapkan semua.
Tanpa dusta, tanpa rekayasa ...saya akan beri
   contoh pada semua kolega
Tiba masanya menegakkan hukum pada diri sendiri
   sebagai langkah mulia,
Baru setelahnya mencoba menerapkannya pada
   siapa saja pelanggarnya.
Memang masih terperangah tetapi akhirnya
   lima pandawa satu jurubicara
Angguk-angguk kepala tanda mulai paham dan percaya
   niat si bintang dua.
Oke ... memang ini sebenarnya sudah menjadi rencana,
   kata sang ketua,
Tetapi benar-benar tidak terduga eh ... anda yang
   berani ambil prakarsa.
Boleh tahu latar belakang rahasianya, karena terus
   terang saja ini pertama.
Ya ... baru yang pertama ada tersangka minta
   dengan segera ditahan saja.
Si bhayangkara negara walau tampak berat
   menyangga dua bintang kejora,
Tetapi senyumnya lepas bebas laksana hamparan
   langit biru di cakrawala.
Panjang ceritanya, tetapi paling tidak ada dua,
   yang pertama untuk capa,
Tentu saja dari saya, dan yang kedua dari si bungsu,
   dan itu untuk saya.
Kening kembali berkerut, untuk capa, untuk
   calon perwira ... ah tentu saja.
Lalu yang kedua dari si bungsu, apakah ini putri
   atau putra dan apa katanya?
Tidak keberatan kan kalau saya sedikit bercerita ...
   biarkan saja pengacara
Menunggu di luar sana dan bertanya-tanya ...
   suasana cair seperti mentega,
Semuanya lega ... semuanya bisa tertawa ...
   siapa sangka sang bintang dua
Terkuak juga kesadaran sukma jiwa bahwa dia
   adalah bhayangkara negara
Yang tugas utamanya adalah menegakkan semua
   norma etika tanpa dusta.
Lalu meluncurlah kisah dan cerita bagaimana dia
   di depan para calon perwira
Pompakan semangat berbakti pada bangsa dan negara,
   cinta pada sesama,
Dan tentu saja lurus tanpa dusta, karena dusta
   adalah awal segala angkara.
Korupsi uang negara diawali oleh dusta, nah calon
   perwira pantang berdusta.
Ini yang pertama, kalau pada mereka saya pompakan
   tekad untuk tidak dusta,
Lalu bagaimana bisa sebagai andhika bhayangkara
   saya lakukan sebaliknya?
Sayangnya kesadaran yang melintas di langit malam
   bak bintang terangnya
Memang agak terlambat datangnya, tetapi apa
   mau dikata, inilah realitanya.
Seorang mahasiswa calon perwira mengirim sms
   membesarkan hati saya,
Sambil tak lupa bertanya, apakah jenderal masih
   ingat tugas kuliah perdana,
Mengapa email belum dibalas, kan makalah revisi
   dikirim malam sebelumnya.
Saya yang sedang gundah entah mengapa tergugah,
   buka email ... membaca.
Yah ... makalah mahasiswa biasa saja tetapi
   judulnya menghentak hati saya.
Manakala Dusta Tidak Dianggap Peristiwa Pidana,
   Apa Konskekwensinya?
Sialan, maki saya ketika membaca judul, rasanya
   langsung menyindir saya,
Dan juga kurang ajar, berani-beraninya menulis
   makalah dengan judul gila
Ketika saya sedang tersandung satu perkara
   tetapi setelah tuntas dibaca
Yah, ternyata sama sekali tidak menyindir saya,
   paling tidak itulah kesannya,
Karena argumennya merupakan perluasan
   argumen inti isi kuliah perdana.
Semua terdiam tak ada bicara, ah, bagaimana bisa
   makalah mahasiswa
Tiba-tiba saja menjadi pemicu langkah luar biasa
   yang baru pertama ada?
Tetapi nyatanya ... sang bintang dua baru saja
   melakukan di depan mereka.
Praktek dusta mungkin saja amat sulit dijerat
   sebagai pelanggaran pidana,
Kecuali melakukan sumpah palsu di dalam siding
   pengadilan, umpamanya,
Tetapi konsekwensinya memang sangat dahsyat
   karena banyak contohnya.
Yah ... seandainya tiba-tiba saja semua orang
   menghentikan praktek dusta,
Pasti pekerjaan KPK akan cepat tuntas sebentar
   saja, sehingga ini lembaga
Dapat dengan segera dibubarkan karena tak lagi
   diperlukan keberadaannya.
Tetapi faktanya jauh berbeda, bahkan yang
   jelas-jelas amat lengkap buktinya,
Eh ... berkelitnya masih melintas awan dan
   mega-mega, tanpa malu rasanya.
Lalu bagaimana yang kedua, yang hadir masih
   menunggu lanjutan ceritanya.
Sang jenderal yang sekarang bertekad hentikan
   semua bohong dan dusta,
Cukup lama juga terdiamnya, tetapi senyum
   di bibirnya pertanda gembira.
Yang lain ikut lega, rasanya kasus simulator
   di sarang aligator purna juga.
Tetapi mereka semua tetap saja ingin mendengar
   cerita yang nomer dua.
Apakah sama aneh dan luar biasanya dengan
   cerita makalah mahasiswa,
Sampai-sampai membuat seorang jenderal
   bintang dua berubah gayanya?
Tetapi sayang, sang pemilik dua bintang kejora
   putuskan tak lanjutkan cerita.
Biar dia saja yang nanti cerita semuanya, sekarang,
   ayo mulai saja prosesnya.
Yah ... memang masih ada rahasia, tetapi kasus
   dan perkara terbuka pintunya. Â
Â
Essi nomor 197 -- SDA26082012 -- 087853451949
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H