Mohon tunggu...
Tri Budhi Sastrio
Tri Budhi Sastrio Mohon Tunggu... Administrasi - Scriptores ad Deum glorificamus

SENANTIASA CUMA-CUMA LAKSANA KARUNIA BAPA

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Essi Nomor 192: Sembilan Ribu Saka di Pulau Ndana

16 April 2021   07:02 Diperbarui: 16 April 2021   07:15 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.kompas.com/skola/read/2020/09/05/170000869/pulau-ndana-secara-geografis-pulau-paling-selatan-di-indonesia?page=all

Essi 192 -- Sembilan Ribu Saka di Pulau Ndana
Tri Budhi Sastrio

Angin kencang, tiang bambu yang terkesan seadanya,
     dan tentu saja
Kibaran sembilan ribu saka merah putih, membuat
     suasana berbeda.
Meskipun nama pulau Rote lebih dikenal sebagai
     pulau di nusantara
Yang letaknya paling luar kawasan selatan tetapi
     fakta dan realitanya
Di pulau Ndana sebenarnya pengibaran ribuan
     bendera ini dilaksana,
Karena memang pulau ini letaknya yang paling
     selatan di Indonesia.
Pemerintah kabupatan Rote Ndao, Nusa Tenggara
     Timur, berusaha
Memastikan bahwa paling tidak 6.700 bendera
     akan berkibar perkasa
Memenuhi langit pulau Ndana dan beritanya
     dipastikan juga mengudara
Penghuni boleh tak ada tetapi angkasanya
     adalah angkasa nusantara
Karenanya siapa bilang ribuan bendera tidak layak
     berkibar di sana?
Dan Leonard Haning -- biasa dipanggil Lens --
     memastikan pula bahwa
Ba'a -- ibukota kabupaten -- haruslah rela melihat
     Ndana jadi pusat acara.
Sang bupati bumi nusa lontar bertekad bahwa
     kasus bikin malu bangsa
Ketika Sipadan dan Ligitan menjadi milik Malaysia
     tak boleh ada di nusa.
Ndana milik ibu pertiwi, Ndana bagian nusantara,
     walau manusia tak ada,
Dan hanya diunggui patung seorang panglima,        
     tetapi nusa ini milik kita.
Berkibarlah engkau sang saka ... merah-putih-kan
     angkasa nusa Ndana.

Sabang sampai Merauke, Miangas sampai
     pulau Rote, ini slogan negara.
Desir semangat, gerjolak jiwa, luapan tekad
     membaja di dada para pemuda
Adalah taruhan segala-galanya ... ya raga,
     ya krida ... ya jiwa, ya sukma,
Semua akan dipersembahkan demi menjaga
     tegaknya martabat negara.
Engkau sang maha panglima telah lebih dulu
     ada dan bermukim di sana.
Dulu semangatmu membentang dan berjuang
     di kawasan Yogyakarta,
Sekarang tentu saja engkau masih di sana,
     tetapi di sini ... di nusa Ndana,
Engkau juga harus tularkan semangat juang
     pantang lekang pada ini nusa.
Karena hanya dengan semangat juang pantang
     lekangmu wahai panglima,
Nusa ini akan tetap terjaga ... merdeka Indonesia ...
     merdeka juga ini nusa.
Lalu ... ribuan sang saka berkibar perkasa
     diusap bayu lautan samudera.

Mobilisasi massa, mobilisasi dana, yah ...
     ini resiko konsekwensi logisnya
Memang masih banyak anak-anak bangsa yang
     kurang dan tidak berdaya,
Tetapi mereka selalu ada jadi bisa kan menunggu
     kucuran dana berikutnya.
Dana ratusan juta bahkan mlyaran ini relakan saja
     digunakan untuk upacara,
Toh contoh nyata diberikan oleh Jakarta, demi
     kemegahan upacara negara,
Milyaran dana bolehlah dihabiskan begitu saja
     karena martabat taruhannya.
Rasanya kan aneh jika upacara kenegaraan eh
     dananya hanya jutaan saja?
Relakan ini dana wahai anak bangsa, semua
     dijamin pasti tidak akan sia-sia.
Bisakah kalian membeli semangat membara
     di dada atau kobaran api sukma
Yang menjulang tinggi ke angkasa manakala
     sang saka memenuhi angkasa?
Semua memang ada harganya, semua memang
     ada biayanya, jadi tak apa
Kami habiskan dana milyaran jumlahnya
     walau engkau lebih memerlukannya.
Berkibarlah benderaku ... lambang suci gagah perwira ...
     dan nun jauh di sana
Memang ada tetes air mata tetapi kami yakin
     kalian semua pasti juga bangga.  
 
Essi nomor 192 -- SDA18082012 -- 087853451949

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun