Mohon tunggu...
Tri Budhi Sastrio
Tri Budhi Sastrio Mohon Tunggu... Administrasi - Scriptores ad Deum glorificamus

SENANTIASA CUMA-CUMA LAKSANA KARUNIA BAPA

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen Kontemporer: Jangan Berdusta Lagi, Melati

26 Februari 2021   07:39 Diperbarui: 26 Februari 2021   07:48 509
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Melati ada di mana sekarang?" tanya Suyanto.

"Kau belum tahu?" aku balas bertanya.

Suyanto menggeleng.

"Dia ada di rumah sakit!" kataku lirih, sambil pelan-pelan menundukkan kepala.

Bayangan Melati terbaring lemah di rumah sakit, dan penyakitnya perlahan-lahan terus menggerogotinya, kembali membayang jelas di depan mata. Segumpal penyesalan kembali menyesakkan dada. Aku memaksanya berjanji terus hidup, aku memaksanya untuk tidak ingkar janji kali ini, aku memaksanya harus melakukan sesuatu yang tak seorang pun bisa melakukannya. Ah, memaksa seseorang melawan takdir, sama seperti menyuruhnya melawan kekuasaan PenciptaNya. Benar-benar permintaan yang keterlaluan.

Maafkan aku Melati, maafkan aku Tuhan, maafkan aku yang cuma mementingkan diriku sendiri ini. Kalau Melati memang ditakdirkan segera kembali kepangkuanMu untuk menerima kebahagiaan abadi bersamaMu, apalagi yang bisa kulakukan kecuali mengantarkannya dengan bibir terulas senyuman? Senyuman tulus seorang kekasih, yang tahu bahwa kekasihnya pergi, meskipun untuk selama-lamanya, tetapi itu adalah kepergian yang membahagiakan karena kebahagiaan abadilah yang menantinya di sana.

Melati memang belum dipanggil sekarang tetapi akal sehatku mengatakan bahwa mulai sekarang aku harus mengucapkan selamat jalan padanya. Selamat jalan Melati sayang, semoga di sana engkau masih mau mengingat aku.

Kami berdua ternyata tidak pernah pergi ke rumah sakit. Melati sudah pergi sementara kami berdua asyik berdebat tadi. Ibu kost memberitahu kami karena salah seorang perawat di rumah sakit memang kuberi pesan untuk menghubungi per telepon ke tempat kost kalau ada apa-apa dengan Melati.

Ah, Melati, keluhku berkali-kali, kau memang ingkar janji lagi tetapi penyebabnya aku. Bukan engkau sayang! Bukan engkau penyebabnya tetapi aku! Engkau tidak akan berdusta kalau aku tidak memaksamu. Maafkan aku, Melati! Semoga bahtera yang kau kayuh di alam sana sedamai hati lembutmu. Pergilah sayang dan suatu ketika nanti aku akan menyusulmu! (R-SDA- 26022021-087853451949)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun