Essi 303 - Selaksa Mantra Buat Sang Guru Bangsa (2)
Dan entah mengapa anak muda ini resah tak terkira-kira karena ini peristiwa
Sehingga bukan saja kuliahnya hancur berantakan tak bersisa tetapi hatinya
Juga tidak bahagia, tidak gembira, dan akibatnya gagal misi yang diembannya
Dari negara lewat departemen agama, belajar tidak hanya agama dan budaya
Tetapi juga sastra yang konon kabarnya menjadi tolok ukur peradaban manusia.
Untungnya mahasiswa Indonesia ini diselamatkan oleh pemberian beasiswa
Sehingga dapat melanjutkan kembali studi pascasarjana di negara sang alibaba.
Di negeri seribu satu mimpi ini semangatnya kembali berkobar menyala-nyala
Sehingga pada akhirnya selesai juga tugasnya yang utama menjadi sarjana.
Lulus dari negeri seribu satu malam memutuskan mendaftar ke Leiden di Belanda,
Tetapi Leiden tidak mengakui ijasah Universitas Baghdad karena dianggapnya
Sistem dan mutu pendidikannya jauh di bawah standar universitas kelas dunia.
Gagal di Belanda dia mencoba pergi ke Jerman dan Perancis yang juga di Eropa,
Tetapi di sini pun cita-citanya melanjutkan di program pasca-sarjana terbata-bata,
Sebelum akhirnya dia memutuskan pulang ke Indonesia berharap dari penguasa
Memperoleh dukungan beasiswa agar dia dapat melanjutkan studi ke Kanada.
Sambil menunggu kata putus dia bergabung dengan LP3ES sebuah lembaga
Peneliti semangat progresif anak muda yang tergabung dalam alun sosial budaya..
Sambil menunggu dukungan penuh penguasa memperoleh beasiswa ke Kanada
Anak muda yang ini terus menyibukkan diri berkeliling ke pesantren di Indonesia
Yang saat itu memutuskan mengubah kurikulum guna menerima aturan negara
Agar dana yang banyak tak terkira-kira jumlahnya dapat direbut sebagai mitra
Menilik ini fenomena dia bukannya gembira tetapi malah resah tak terkira-kira
Karena dianggapnya landasan budaya pesantren yang mulia luntur karenanya.
Negara juga ingin semua anak didik pesantren jadi agen perubahan dunia
Bergerak bersama-sama  mencari jawaban paling tepat bagi masalah negara.
Akhirnya peluang beasiswa diabaikan karena ada yang perlu segera dibina.
Episode akhir guru bangsa tak pelak lagi harus dirujuk pada sebuah peristiwa
Yang terjadi rabu tanggal tiga puluh desember 2009 di ruang bersekat kaca.
Empat sahabat dekat tampak mencoba bergiat tanpa peduli pada rencana
Mereka menggeliat, mendebat maklumat sambil terus giat melantai berdansa
Serangan jantung, hantaman stroke, gagal ginjal, dan sentuhan penyakit gula
Berpadu bergandengan tangan menguji sang pemilik rangkap sukma dan jiwa
Tidur di lantai, mencicipi pudding coklat, dengarkan audio book, sempat dirasa
Sementara itu kerabat, perawat, pejabat dan dokter setempat berkaca-kaca
Ketika firasat akhirnya berubah menjadi maklumat tanpa sekat. Ah ... akhirnya ...!
Tri Budhi Sastrio - Essi 303 -- SDA15012012
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H