"Mulanya aku pikir bunga Mawar cocok untuk persembahan ini tetapi kemudian kurasakan bunga itu kurang hebat. Begitu juga dengan bunga Melati. Bunga Melati memang anggun dan mungil tetapi kalau bersanding dengan Rembulan, mampukah bunga Melati menambah keindahan sang Rembulan? Aku ragu-ragu pada kemampuan bunga Melati. Begitu juga dengan bunga-bunga lainnya. Semuanya mempunyai kelebihan tetapi juga mempunyai banyak kekurangan jika disandingkan dengan Rembulan."
Putri Puspita berhenti sejenak dan memandang Palupi yang mendengarkan semua keterangan Putri Puspita dengan seksama.
"Bunga apa yang paling cocok untuk kusandingkan dengan Rembulan?" tanya Putri Puspita pelan.
"Ha, hamba tahu sekarang!" tiba-tiba Palupi berseru gembira.
Putri Puspita gembira mendengar Palupi sudah menemukan bunga yang cocok.
"Bunga apa itu, Palupi?" tanya Putri Puspita dengan suara tidak sabar.
Palupi tidak langsung menjawab tetapi tersenyum dahulu.
"Ayo cepat katakan Palupi!" desak Putri Puspita. "Aku jangan kau permainkan!"
"Maafkan hamba tuanku Putri!" kata Palupi sambil tersenyum manis. "Mana berani hamba mempermainkan tuanku Putri!"
"Kalau tidak berani, ayo cepat katakan!" kata Putri Puspita.
"Baiklah, tuanku Putri!" kata Palupi. "Bunga itu adalah ...!"