Setelah pada Kasidi no. 519 dibicarakan masalah yang tersurat di langit sana, dengan inti pesan 'selamat datang presiden', dan bukannya 'selamat datang presiden baru', dan ini memang telah terbukti seiring dengan selesainya hiruk pikuk pencoblosan.Â
Melalui hitung cepat, Kasidi sempat terkejut karena ada yang sama sekali mengabaikan informasi dari hitung cepat dan dengan 'bodohnya' berlindung pada hitung lambat yang memang masih harus ditunggu kurang lebih sebulan lebih lama, plus dengan pongahnya mengumumkan kemenangannya.
Adalah benar dan tidak salah, hanya KPU yang oleh undang-undang diberi hak untuk menyelenggarakan pemilu dan mengumumkan hasil resminya, tetapi adalah juga kenyataan tidak terbantahkan bahwa dari ribuan kali hitung cepat yang dilakukan oleh lembaga survei yang kredibel dan bertanggung jawab, tidak satupun, ulangi 'tidak satupun', dari informasi yang pernah diberikan yang ternyata salah dan bertentangan dengan hasil perhitungan manual yang dilakukan oleh lembaga resmi.
Belajar dari kondisi dan pengalaman yang sudah ribuan kali, seharusnya kandidat yang cerdas dan tidak unggul, sambil menunggu hasil resmi yang selama ini terbukti tidak pernah bertentangan dengan hasil hitung cepat, segera menyentuh layar 'smartphone'-nya dan memberi selamat lawannya yang menang, dan bukannya berbicara di depan publik dan menyatakan dirinya 'sedang menang' dan karenanya harus menunggu 'hitung lambat'.Â
Pernyataan menunggu tentu saja boleh, walau tidak cerdas karena mengabaikan ribuan kejadian sebelumnya, tetapi pernyataan bahwa dirinya menang bukan saja 'arogan tetapi juga bodoh'.
Metode hitung cepat adalah metode ilmiah yang jika dilakukan dengan benar hasilnya hampir pasti sangat akurat. Mantan Gubernur DKI yang kemudian diangkat menjadi Dubes di Jerman, pernah melakukan satu tindakan cerdas yang elegan, yaitu satu hari setelah hasil hitung cepat diketahui khalayak banyak dan dia dinyatakan tidak unggul, dia segera menelpon lawannya, dan mengucapkan selamat.
Apa susahnya jika hal ini dilakukan? Tidak susah dan jika hal ini dilakukan maka apresiasi pada dirinya tentu meningkat tajam plus kalau nanti ternyata hitung cepat salah, sesuatu yang amat sangat mungkin tidak mungkin terjadi, walau dia sudah memberi selamat toh akan tetap dia juga yang dinyatakan menang dan dilantik menjadi presiden?Â
Jadi, senyampang masih belum terlambat, masih hanya satu dua hari pernyataan yang 'bodoh dan arogan' terlanjur disampaikan, dan ini jelas belum terlambat, ayo segera ralat pernyataan menang itu dan segera saja memberi selamat pada kandidat yang dinyatakan unggul oleh hitung cepat.
Memang sangat tidak nyaman mengalami tiga kali kekalahan dan kegagalan dalam upaya menuju istana negara, tetapi tidak seharusnya ketidak-nyamanan ini masih ditambah dengan tawa kecil banyak orang melihat 'kebodohan dan ketidakcerdasan' dipertontonkan oleh seorang calon presiden.Â
Yang juga aneh, ke mana wakil presiden yang masih muda, tampan, dan super kaya itu, kok tidak muncul di  layar TV, mendampingi sang calon presiden ketika mengumumkan bahwa dia 'sedang menang'?Â
Apakah sang calon wakil presiden ini, yang mungkin telah mengeluarkan triliun rupiah, berbeda pendapat dengan pasangannya? Kasidi tidak tahu walau yakin tentu ada catatannya di langit sana. Kasidi no. 520 -- 087853451949 -- SDA18042019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H