Mohon tunggu...
Tribuana ImanuelTarigan
Tribuana ImanuelTarigan Mohon Tunggu... Lainnya - SIAPA SAYA ?

BERPIKIR

Selanjutnya

Tutup

Beauty Pilihan

Kisah Narsis pada "Masa Old" dan "Masa Now"

13 April 2020   14:00 Diperbarui: 13 April 2020   14:01 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beauty. Sumber ilustrasi: Unsplash

Istilah narsisisme berasal lebih dari 2.000 tahun yang lalu, ketika Ovid menulis legenda Narcissus. Konsep narsisme dipopulerkan oleh psikoanalis Sigmund Freud melalui karyanya “Ego dan Hubungannya dengan Dunia Luar. Secara bahasa narsisme adalah tumbuhan berbunga putih, krem, atau kuning terdapat di daerah subtropik, suku Amarylidaceae (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1989: 609).

Tumbuhan berbunga putih  merupakan Narcissus yang setelah kematian muncul sekutup bunga putih yang indah dipinggir sungai. Narcissus merupakan gambaran Narsistik pada Mitologi yunani kuno. Narcissus anak putra dari Dewa Sungai Cephissus dan Peri Liriope.

Sejak kecil, Narcissus digambarkan sebagai seorang laki-laki muda: dengan badan yang berotot dan keelokan paras tampan. Akibat parasnya itu, Narcissus dipuja-puja oleh kumpulan para peri sebagai orang yang paling tampan.

Narcissus yang merasa kagum akan dirinya sendiri membuat penolakan terhadap cinta para peri. Semakin banyak para peri yang mencintai maka menganggap dirinya semakin sangat superior. sifat yang  menunjukan tidak berempati dan berpura-pura menunjukan simpati hanya untuk mencapai keinginan atau kepentingan .

Narcissus lahir di Thespia, pada saat kelahiraan anak putra dewa sungai seorang peramal berkata “Jika anak ini ingin umur panjang Narcissus tak boleh mengetahui atau mengenal wajah dirinya sendiri”. Nasib narcissus nanti akan dihubungkan dengan ramalam Tiresias.

Narcissus juga memiliki kebiasaan memanah hewan di hutan. Ketika narcissus memanah di hutan ia mendegar suara yang bergema seperti memanggilnya. Suara itu berasal dari seorang Nimfa (peri) cantik yang bernama Ecoh.

Ecoh adalah seorang yang tinggal di gunung Cintoron. Ecoh peri yang cantik dan memiliki suara yang halus (merdu). setiap lawan jenis yang berbicara dan melihat wajah dari Peri itu Ia akan mengalami jatuh cinta terhadap wajah dan suara. Sesuatu ketika dewa zeus menjalin  hubungan terlarang dengan para Nimfa (peri).

Hubungan Zeus dan Nimfa (peri) terdengar sampai ke telinga Dewi Hera, istri utama dewa zeus. Dewi hera yang pergi mencari dewa zeus berjumpa dengan Ecoh di hutan dan bertanya keberadan sang suami.

Ecoh yang berusaha mencegah dengan tidak memberikan tau keberadaan dewa zeus . membuat kemarahan Dewi Hera dengan menghukum echo tak memiliki suara lagi. Kutukan itu nyata…

Echo yang hidup di hutan, melihat pria tampan dan berbadan tegap yang sedang berburu. Merasa Pandangan pertama ecoh dengan Narcissus menghasilkan cinta sampai mati. Ecoh yang selalu melihat dari kejauhan dan memberikan suara gema. Suara gema tersebut Membuat rasa penasaran dan pertanyaan dalam diri Narcissus, siapa yang memanggilnya.

Narcissus terus bertanya-tanya asal suara dari mana, Narcissus mencari sumber suara gema. Suatu ketika ecoh menunjukan dirinya di depan wajah tampan Narcissus. Ecoh juga menyatakan cintanya kepada pujaan hatinya tetapi cinta yang didapatkan ecoh adalah cinta yang tak terbalas.

Saat narcissus menolak cinta ecoh , Dewi kecantikan dan kesuburan murka kepada Narcissus. ketika narcissus melihat dirinya maka dewa heros anak dari dewi kecantikan dan kesuburan melepaskan panah cinta.

Kemudian Setelah  Narcissus yang menolak cinta ecoh mentah-mentah ia pergi mencari tempat  berburu yang baru. Di saat perjalanan si Narcissus haus. Ia berjalan mencari sungai untuk menghilangkan rasa dahaganya.

Narcissus sampai di tempat sungai yang airnya seperti perak tanpa ada dedaunan berjatuhan di air dan  gembala yang memberikan minum atau hewan lain yang minum disana. Yang terlihat jelas dari sungai itu adalah pantulan cahaya matahari.

Ketika niat Narcissus mau minum batal seketika saat ia melihat bayanganya dirinya air. Pandangan fantasi berlebihan akan keistemewan parasnya membuat tak mau melepaskan pandangan dari air.

Narcissus yang jatuh cinta terhadap kepada dirinya dan hanya berpusat pada dirinya sendiri. rasa kebagaan yang berlebih pada dirinya semakin memburukan dirinya sampai pada suatu ketika ia mati disungai itu. Kematian Narcissus memunculkan sekutup bunga putih indah di pinggir sungai.

Kisah narsis pada Zaman sekarang atau masa old  merupakan epidemi. Perasaan  sangat berpusat pada dirinya, selalu menekankan bahwa dirinya sempurna (self-congratulatory), serta memandang keinginan dan harapannya adalah hal yang penting.

Menurut National Geographic “bahwa Sekitar 2% sampai 16% orang menderita gangguan ini, sementara pada populasi umum, kurang dari 1% orang terkena dampaknya”. Bahkan narsisme di abad ini begitu besar berdampak bagi kawula muda.

Hal tersebut dilatarbelakangi kemajuan teknologi yang sangat pesat dan pengembangan seperti aplikasi Facebook, Instagram,Whatsapp,tik-tok,tiwiter dln. Aplikasi seperti ini berusaha terus mengembangkan fitur terbaik agar mampu mengambil hati kaula muda agar tetap narsis. Narasisme bukan saja meranah bagi kaula muda tetapi orang dewasa juga menikmati apilikasi tersebut.

Anda bisa melihat setiap waktu di smartphone anda tampilan narsis kaula muda dalam menunjukkan atau mengunggah swafoto. Tampilan foto dan video dengan pose berbadan tegap,berotot , berbody sexy yang terkadang vulgar, berwajah cantik dan tampan adalah wujud dari objektifitas dari rasa bangga atau keyakinan yang berlebihan terhadap diri mereka sendiri. bahkan hal paling gila sekali pun mereka lakukan untuk menunjukan simpati orang yang melihatnya.

Orang Narsis era ini mengharapkan pujian, diperlakukan istemewa, ingin dapat perhatian dan sombong. Bagi kaula muda narasisme sudah sebagai satu keharusan atau Harga diri yang penting. Narsis yang berlebihan akan berakibat kepada gangguan Jiwa atau NDP (narcissistic, Pesonality dan disorder). Maka hal Ini adalah fenomena di tengah remaja pada era milenial.

<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Beauty Selengkapnya
Lihat Beauty Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun