Mohon tunggu...
Triboy Manalu
Triboy Manalu Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Mahasiswa

Mancing

Selanjutnya

Tutup

Diary

Perjalanan hidup saya sebelum masuk Stt

9 September 2024   17:47 Diperbarui: 9 September 2024   18:11 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Perjalan hidup saya sebelum ke Stt

Perkenalkan, saya seorang laki-laki yang pernah hidup senang dan hidup dalam derita. Saya lahir dalam keadaan sehat pada hari Minggu, 1 February 1998. Pada Tahun 2005 saya adalah anak yang sangat di manjakan orang tua saya, terlebih bapak saya sudah mendidik saya menjadi manusia yang beretika sebab saya sudah di Didi menjadi anak yang selalu bertutur kata. Banyak hal yang sudah diajarkan kepada saya sangking dekatnya bapak saya kepada saya.

Namun kebahagian ku itu tidak berlangsung lama, tahun 2007 semuanya berubah terbalik. Pada bulan Januari tahun 2007 ayah say sudah terlebih dahulu menghadap sang pencipta, disitulah mulai saya menderita.

Singkat nya pada tahun 2016 saya lulus dari Sekolah Menengah Atas (SMA). Tahun 2016 saya mulai menjalani hidup tanpa bergantung pada orang tua. Ada sedikit daerah yang saya jalani sampai tahun 2020 sebelum saya datang ke Stt adapun beberapa daerah itu antara lain:

-  Pulau Nias

- Padang 

- Padang Sidempuan

-Pakkat

-Medan

- Sibolga

- Penyambungan(Mandailing Natal)

- Tele

- Batam

-Beberapa daerah di Riau

-Sidikalang.

- Jawa, dan lain sebaginya.

Semuanya itu saya lalui hanya utk mencari jati diri, dan di setiap perjalanan hidup saya, pastinya saya selalu berdoa kepada Tuhan untuk menjaga, melindungi, serta menunjukkan kasihNya pada saya.

Tahun 2018 saya membuat atu keputusan untuk kuliah di IAKN Tarutung demi menemukan jatin diri, saya berfikir dan beranggapan bahwa hidup saya akan lebih teratur. Namun justru terbalik dari hal yang saya harapkan, setiap perbuatan baik dan doa serta ibadah yang saya lakukan menurun secara perlahan. Hingga pada bulan Oktober 2020 ketika saya telah melakukan pembayaran UKT ke kampus, disaat itu juga saya bertemu dengan seorang mahasiswa Stt yang sangat aktif di STT tersebut.

Pada saat aku berhenti di suatu tempat, yaitu warteg di Siborongborong saya bertemu dengan seorang mahasiswa stt lalu kami meluangkan waktu untuk membahas tentang Firman Tuhan serta asal kampusnya. Ketika itu pula Kaka itu mengenalkan STT pada saya, dan kamipun saling berbagi kontak. Sebelum kami mengakhiri percakapan kami, kami membuat suatu kesepakatan untuk bertemu di hari berikutnya. Saat itu saya ada sedikit usaha kecil-kecilan yaitu menjual durian, saat tiba hari yang sudah di sepakati kamipun bertemu dengan Kaka itu beserta dengan seorang seniornya. Saat kamu bertemu minum kopi di sebuah kafe santay di Siborongborong. Kami banyak membahas Firman Tuhan dan cerita Alkitab, walaupun ada beberapa hal yang tidak saya setuju dengan pandangan mereka tapi rasanya pembahan itu memberi saya pengertian, bahwasanya pendidikan bukanlah tolak ukur untuk kebenaran suatu hal. Setelah kami selesai berbincang-bincang lalu kami memakan durian dengan selahap mungkin, dan timbul di fikiran saya untuk bergabung dengan Stt yang dimana mereka berkuliah itu. Tanpa banyak berfikir saya membuat pilihan untuk meninggalkan IAKN dan mendaftarkan diri menjadi mahasiswa di STT. Namun semua yang aku lakukan itu membuat pertentangan antara saya dengan orang tua saya, bahkan dengan saudara-saudara saya sehingga mereka memojokkan saya. Tapi dengan tekad yang kuat akhirnya saya berangkat meninggalkan rumah, walaupun dengan hati yang sedih.

         Demikianlah perjalan singkat saya mengenal dan bergabung dengan Stt.

        Hal-hal yang dapat saya bagikan sebelum saya masuk ke STT adalah:

- Sebelum saya mengenal Stt saya rajin baca Alkitab tapi, tidak mengerti arti yang sesungguhnya sebab tidak mengerti konteks-konteks dan tujuan dari setiap tulisan Kitab per kitab.

- Saya melakukan sangat banyak hal, ada hal yang baik apalagi yang negatif, saya selalu berpandangan segala sesuatunya tolak ukurnya harus dengan materi.

- Saya percaya sama Tuhan, akan tetapi saya lebih sering menggunakan waktu saya untuk hal yang sia-sia terlebih saya pengejar Rupiah.

- Saat saya sudah di STT, saya mengerti menyikapi orang.

Intinya setelah saya masuk ke STT hidup saya diubah secara perlahan-lahan. Saya seringkali tidak sependapat dengan orang ataupun teman-teman saya yang di sekitar STT, sebab saya selalu punya mensed, pengalaman adalah guru yang terbaik. Sebab bahasa yang digunakan di dalam kampus itu beda dengan bahasa yang gunakan sehari-hari , Dan juga pandangan teman yang ada di kampus berbeda dengan pandangan saya. Namun seiring berjalannya waktu, saya menyesuaikan diri untuk mengikuti bahasa-bahasa yang berlaku di STT tersebut . Saya diajarkan bahasa kasih, terlebih saya di bimbing untuk melakukan saat teduh setiap paginya, yang membuat hati saya semakin tenang menjalani hidup saya.

Begitulah perjalanan singkat saya sebelum datang ke STT dan sedikit pengalaman saya setelah masuk ke STT.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun