Mohon tunggu...
Bambang Kuncoro
Bambang Kuncoro Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Seorang yang ingin belajar terus, realistis terhadap masalah dan apa adanya

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Korupsi di dunia pendidikan (Prast 3)

22 Desember 2012   09:07 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:12 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Pagi ini Prasetyo libur, ia merenung bagaimana mungkin kami bisa merayakan tahun baru, sesuai dengan permintaan anak-anaknya. Prasetyo hanya bisa berjanji " sabar ya..nak..! kalau Bapak punya uang dan Bapak bisa punya uang kalau pinjaman koperasi Bapak dikabulkan...", pergilah anak-anak Prasetyo ke dalam kamar.
Prasetyo bangga, senang, bercampur sedih melihat anak-anaknya yang begitu patuh pada orangtua, tidak seperti anak-anak yang lain, minta sesuatu tidak dapat menangis, boikot bicara, boikot makan, nampak Prasetyo menarik nafas panjang, berpikir apa saja yang akan dilakukan dalam liburan panjang ini bersama keluarga.

Prasetyo kembali memandang meja tua, warna coklat kehitaman miliknya, meja kerjanya, yang hampir menemani Prasetyo lebih dari 25 tahun, meja tua warisan keluarga, tidak bagus memang, namun mempunyai nilai sejarah yang tinggi, di meja itulah Prasetyo mengingat dengan baik nasehat almarhum ayahnya; " bahwa yang terpenting dalam mengarungi kehidupan adalah jujur, orang jujur akan mendapat segalanya"

"Hemmnnggghhh...," Prasetyo menarik nafas panjang, secara tak sadar mata Prasetyo tertuju pada amplop coklat yang dia temukan beberapa hari lalu, dia membuka kembali dan membacanya berulang-ulang, dibaca kembali perusahaan yang melakukan kontrak, "waduh..., nampaknya ada yang janggal nich.."
Ditelponnya beberapa perusahaan/rekanan dari dalam amplop coklat itu..., astagfirullah..., ternyata sudah tutup, makin penasaran Prasetyo ditelpon lagi perusahaan yang satu...waduh ternyata istri Direkturnya, menjadi direktris di perusahaan rekanan ;"Jelas ini melanggar hukum.., jeruk makan jeruk" sentak Prasetyo, makin penasaran Prasetyo menelusuri berkas dan menelpon perusahaan-demi perusahaan yang tercatat dalam kontrak,  malah ada yang menjawab begini :" Maaf pak.., saya tidak tahu jenis barang yang bapak sebut, perusahaan kami tidak menangani masalah itu...!" waduh..., makin jelaslah banyak sekali korupsi yang telah dilakukan oleh direkturnya dan guru-guru muda kelompoknya.

Ya..Allah bagaimana mereka bisa begitu, padahal mereka sudah haji..., mereka sudah berkecukupan, tidak seperti hamba, mereka berpendidikan tinggi, bicaranya baik, apakah amplop yang ditemukan ini merupakan amplop yang bertujuan memfitnah mereka..?

Akhirnya Prasetyo tertidur di meja tuanya yang coklat kehitaman itu, dalam tidurnya dia 'bermimpi melihat tupai jatuh' Astagfirrullah....ampuni hamba ya Allah...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun